Salah satu jenis kanker yang sudah diketahui penyebab dan didapatkan vaksinnya adalah
kanker serviks. Tapi vaksin ini tidak akan efektif jika orang tersebut sudah terinfeksi.
"Jika sudah ada infeksi terhadap virus tersebut maka vaksin ini tidak akan bekerja," ujar Profesor Ian Frazer yang merupakan
penemu vaksin serviks dalam acara
Screening a One Hour Documentary Catching Cancer di aula
FKUI, Selasa (26/4/2011).
Profesor Ian Frazer merupakan peneliti dan dokter dari Australia yang berhasil membuat vaksin
HPV untuk kanker serviks. Vaksin untuk kanker serviks ini kini sudah dipasarkan sebagai
Gardasil dan
Cervarix.
Prof Ian menuturkan vaksin ini tetap bisa bekerja pada usia berapapun selama virus tersebut tidak ada. Bagi orang yang sudah
aktif secara seksual, maka hal terpenting yang harus dilakukannya adalah melakukan
screening atau pemeriksaan.
Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh infeksi
Human Papilloma virus atau
HPV. Virus ini bermacam-macam tipe diperkirakan lebih dari 100 jenis, tetapi yang mempunyai potensi menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe dan diantara yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18 (80 persen
penyebab kanker serviks).
"Infeksi HPV merupakan infeksi yang umum terjadi dan tidak menimbulkan gejala, jadi orang tidak tahu kalau dirinya terinfeksi sehingga bisa menginfeksi orang lain,"
ungkap Prof Ian yang juga direktur Diamantina Institute.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks melalui Pap Smear atau Inspeksi Visual Asam (IVA). Biaya untuk melakukan deteksi dini pun jauh lebih murah ketimbang biaya untuk melakukan pengobatannya. Biaya IVA sekitar Rp 5 ribu dan bisa dilakukan di Puskesmas.
Saat ini vaksin untuk serviks ada dua jenis dan dilakuakn sebanyak 3 kali yaitu pada bulan 0, bulan 1 dan bulan 6, sedangkan vaksin lainnya pada bulan 0, bulan 2 dan bulan 6.
"Untuk menghindari HPV harus ditingkatkan awareness dengan cara melakukan penyuluhan dan melakukan screening atau deteksi dini," ujar Dr dr Laila Nuranna, SpOG (K) Onk selaku konsultan onkolog
Tulisan Terkait