Kanker serviks (leher rahim) merupakan kanker yang diderita wanita dan hampir sebagian perempuan punya risiko terkena kanker serviks. Bagaimana risiko pria yang berhubungan seksual dengan wanita penderita kanker serviks?
Kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus atau HPV. Virus ini bermacam-macam tipe, tetapi yang mempunyai potensi menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe dan diantara yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18 (80 persen penyebab kanker serviks).
"Kanker serviks memang diderita wanita, tetapi karena penularannya paling banyak melalui hubungan seksual maka pria juga berperan dalam penyebaran kanker serviks," jelas Prof Dr dr M.Farid Aziz, Ketua Umum IPKASI (Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia), dalam acara Peluncuran IPKASI di Kembang Goela Restaurant, Jakarta, Kamis (21/10/2010).
Prof Farid menjelaskan, ketika seorang wanita terdiagnosa dengan kanker serviks, biasanya sang suami juga akan diperiksa organ genitalnya oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.
Hal senada juga disampaikan oleh dr Sigit Purbadi, SpOG (K), dokter spesaialis obstetri dan ginekologi FKUI/RSCM. Menurutnya, virus penyebab kanker serviks memang bisa ada di pria, yaitu di organ genitalnya.
"Virus ini tentunya tidak menyebabkan kanker serviks pada pria karena pria kan nggak punya rahim. Tapi dalam kasus yang sangat kecil sekitar kurang dari 5 persen, HPV pada pria bisa menyebabkan kanker penis," jelas dr Sigit yang juga pendiri dan dewan komite IPKASI.
Menurut dr Sigit, meskipun HPV bisa menempel di kulit atau organ genital pria, tapi virus ini tidak akan menjadi berbahaya seperti ketika berada di serviks (leher rahim) wanita. Hal ini karena leher rahim bersifat lebih peka terhadap virus HPV ketimbang kulit tubuh atau penis pria.
"Makanya belum ada pencegahan kanker serviks yang dilakukan terhadap pria, karena memang belum banyak kasus HPV menyebabkan kanker pada pria. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk vaksinasi kanker serviks pada pria juga tidak efektif. Jadi sampai saat ini, baik vaksinasi maupun deteksi dini kita lakukan pada wanita,"
Tulisan Terkait