Harapan Putra - Akibat kendala teknis yang dihadapi untuk terus menyambung eksistensinya, situs
WikiLeaks kini mengalami kerugian besar untuk masalah pendanaannya.
Jumat waktu setempat,
PayPal menutup akun WikiLeaks, yang memanfaatkan
jasa layanan pembayaran online itu untuk
menggalang donasi. WikiLeaks dianggap PayPal telah melakukan menyalahi
klausul perjanjian kebijakan penggunaan.
"Yang mana menyatakan bahwa layanan pembayaran online ini tidak boleh dimanfaatkan untuk aktivitas apapun yang mempromosikan, memfasilitasi, atau menginstruksikan orang lain yang terlibat dengan aktivitas ilegal," ujar PayPal dalam sebuah
pernyataan tertulis, dikutip oleh situs CNN.
Akibat langkah PayPal tersebut, WikiLeaks
memposting sebuah artikel terkait penutupan akun mereka di PayPal. Lebih dari 2400 orang mengomentari artikel tersebut, kebanyakan kecewa dengan langkah perusahaan penyedia layanan pembayaran online milik
eBay itu.
Menurut WikiLeaks, penutupan akun PayPal itu didasari oleh tekanan dari pemerintah Amerika Serikat. Melalui
Twitter, WikiLeaks memberi alternatif saluran lain kepada para pendukungnya untuk terus memberi donasi melalui
kartu kredit,
transfer bank, atau melalui pos.
Keberadaan
pendiri WikiLeaks Julian Assange sendiri, hingga kini belum diketahui. Assange menghilang sejak WikiLeaks mulai mempublikasi sebanyak 250 ribu memo diplomatik AS yang bersifat rahasia di situs webnya, termasuk memo diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta.
Akibat tekanan dari pemerintah AS, Amazon menghentikan layanan
hosting server WikiLeaks, dan perusahaan penyedia nama domain yang berbasis di AS juga menutup WikiLeaks.org, hingga akhirnya WikiLeaks kembali muncul dengan dukungan dari sebuah perusahaan asal Swiss.
Tulisan Terkait