Beginilah kalo moral dan ahklak para pejabat bukan lagi menjadi sesuatu yang patut dibanggakan oleh rakyatnya. Saking bejatnya moral, sampai-sampai kebiasaan zina dikalangan pegawai pemerintahanpun menjadi salah satu hal yang patut diperhitungkan.
Pasalnya
Pemerintah daerah Kabupaten Puncak Jaya berencana membuat kebijakan resmi menyertakan
kondom saat memberikan
Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) kepada pegawai yang akan melakukan perjalanan dinas.
“Ini salah satu langkah mencegah dan memberantas penyakit HIV/AIDS,” kata Bupati kabupaten Puncak Jaya, Lukas Enembe seperti yang dikutip ANTARA di Mulia, ibukota kabupaten Puncak Jaya, Ahad (23/10/2011).
Ironisnya, Lukas Enembe yang juga ketua
Komisi Penanggulangan AIDS setempat bahkan beralasan kebijakan tersebut wajar karena setiap pegawai yang melakukan perjalanan dinas dan mendapat dana sesuai SPPD, mempunyai kelebihan uang dan dia khawatir anak buahnya menggunakan dana itu untuk ‘hal-hal yang bisa mendatangkan HIV/AIDS’ jika tak menggunakan kondom, ‘hal-hal’ tersebut yang dimaksud apalagi kalau bukan zina.
“Kita berikan saja SPPD plus kondom, terserah mau dipergunakan atau tidak kondomnya. Minimal ada peringatan dari kita bahwa betapa berbahayanya
penyakit AIDS. Sudah banyak warga kita mati,” katanya tanpa tidak menyebut jumlah.
Sementara salah satu aktivis AIDS KPA provinsi Papua, dr Gunawan Ingkokusumo mengatakan langkah yang dilakukan oleh bupati kabupaten Puncak Jaya adalah gebrakan baru dalam dunia
penanganan HIV/Aids di Indonesia bahkan dunia.
“Pantas dicontoh oleh semua daerah. Apalagi, dia mungkin satu-satunya pemimpin di dunia yang memberi contoh dengan sudah melakukan tes HIV/AIDS suka rela atau
VCT (
Voluntari Counceling Test)” ucapnya.
Astagfirullah! Wajar saja jika Allah menurunkan azab dengan penyakit HIV yang bahkan hingga kini belum ditemukan obatnya, bagaimana manusia tak lagi malu-malu melakukan maksiat, bahkan maksiat tersebut dinilai sebagai sesuatu yang biasa.
Pemimpin tak amanah, maksiat meraja lela, agama diperjual belikan, ajaran Islam dimutilasi, kesyirikan menjadi tradisi budaya yang dinilai perlu dilestarikan. Sungguh begitu banyak ‘alasan’ bagi Allah untuk menurunkan azab dan kehancuran kepada bangsa ini. Wallohua’lam. (ans/arrahmah.com)
Tulisan Terkait