Penangkapan Ustadz Abu benar-benar menggegerkan jagat politik Indonesia. Betapa tidak, selain perlakuan sangat kasar dari aparat Densus 88 terhadap ulama kharismatis yang namanya telah mendunia itu, juga penangkapannya ternyata hasil dari operasi intelijen polisi yang penuh dengan fitnah terhadap Ustadz Abu yang menginjak usia sepuh 72 tahun tersebut.
Ustadz Abu difitnah turut membiayai latihan militer sejumlah pemuda Islam di Aceh pada awal tahun ini. Padahal latihan militer itu dimaksudkan untuk pengiriman sukarelawan ke Gaza jika terjadi lagi perang Palestina melawan Israel. Selain itu dapat dari mana dana Rp 700 juta yang dituduhkan kepada Ustadz Abu yang selama ini tidak setuju dengan aksi-aksi terorisme. Padahal Untuk membayar sewa kantor JAT yang dipimpinnya di Pejaten Pasar Minggu sebesar Rp 18 juta pertahun saja kembang kempis.
Ternyata sekarang terbukti, sumber pendanaan utama bahkan penyediaan ribuan peluru dan senjata organik ternyata berasal dari Sufyan Tsauri, intelijen polisi yang pura pura sebagai desertir dan sengaja disusupkan ke tengah-tengah para pemuda yang masih polos cara berfikirnya tersebut. Padahal mereka hanya akan dijadikan umpan untuk menjerat Ustadz Abu dan sekarang telah terbukti kebenarannya.
Wawancara Suara Islam dengan Pengamat Politik dan Militer, Kol (Purn) Y. Herman Ibrahim seputar penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan operasi intelijen di belakangnya.
Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan pengamat intelijen sekaligus mantan perwira intelijen Kodam III Siliwangi, Y. Herman Ibrahim seputar operasi intelijen terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang berujung pada penangkapannya.
Bagaimana menurut anda tuduhan terlibat terorisme terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir ?
Saya yakin Ustad Abu sebagai target. Jadi tujuan utamanya tuduhan terlibat terorisme untuk menjeratnya. Saya kira ini bukan hanya sekedar isyu politik, tetapi juga berbagai macam isyu lainnya. Karena semua pihak memanfaatkan isyu terorisme untuk kepentingan mereka sendiri.
Sebenarnya sumber utamanya adalah perangnya AS. Karena Indonesia banyak tergantung pada AS, maka kita wajib mengikuti irama perang yang dibawaAS. Ustadz Abu dituduh memperoleh dana untuk latihan militer di Aceh, saya kira perlu diklarifikasi. Sebab kalau kebetulan dia memberikan dana kepada ikhwan yang berangkat ke Aceh, itu soal lain. sebab membantu orang lain belum tentu terorisme.
Berarti indikasi penangkanpan Ustadz Abu atas pesanan AS adalah benar ?
Saya haqqul yakin ! Memang dari dulu AS ingin Ustad Abu ditahan dengan berbagai tuduhan, tetapi tidak pernah terbukti dia melakukan makar, tidak terbukti dia merencanakan membunuh Presiden Megawati, tidak terbukti dia terlibat Bom Bali I meski sudah menjalani hukuman 4 tahun penjara. Ustadz Abu selama ini kan tidak setuju dengan berbagi aksi pemboman itu. Pemboman itu kemungkinan ijtihad para pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan Ustadz Abu apalagi atas restunya. Saya haqqul yakin, pemboman itu atas ijtihad para pelakunya sediri, buka atas perintah Ustadz Abu.
Ustadz Abu pernah diminta AS untuk ditahan di kamp penyiksaan militer AS Teluk Guantanamo, Kuba ?
Ya memang pemerintah AS secara resmi pernah meminta kepada Presiden Megawati agar menyerahkan Ustadz Abu, tetapi tidak dikasihkan. Sebab Presiden Megawati tidak berani mengambil resiko dengan beban politik yang harus ditanggungnya nanti. Memang tekanan waktu itu ada, bahkan salah seorang anggota CIA sempat mengatakan kalau Abu Bakar Ba’asyir tidak diserahkan ke AS, maka nanti akan ada hal yang buruk.
Kemudian hal itu benar-benar terjadi dengan meledaknya Bom Bali I (2002). Disini AS menunjukkan bukti bahwa bom Bali memang benar-benar ada . Jadi kelemahan gerakan Islam di Indonesia saat ini ada pada penguasaan informasi dan pendanaan, sehingga sangat tergantung kapada pihak lain. Celakanya justru tergantung dari intelijen, sehingga dapat dimanfaatkan pihak ketiga sebagai kaki tangan AS untuk menyediakan dananya terutamna dari kalangan intelijen.
Apakah penangkapan Ustadz Abu hasil dari operasi intelijen ?
Saya kira demikian dan saya yakin akan hal iitu. Kalau peran Ustadz Abu benar sesuai dengan tuduhan polisi, seharusnya perlu kita pertanyakan dana itu dari mana kalau memang benar seperti itu. Saya dengar memang Ustadz Abu dikasih dana, tetapi untuk membantu fakir miskin dan yatim piatu, bukan terorisme.
Ustadz Abu ditangkap, nungkinkah Mabes Polri akan kembali dapat kucuran dana dari AS dan Australia seperti ketika menangkap Ustadz Abu tahun 2002 lalu ?
Pendidikan polisi anti teror kan dananya dari Australia. Hal ini menjadikan keyakinan agar dana terus menerus mengalir, maka isyu teroris harus tetap ada atau kalau tidak ada diada-adakan. Mengapa para pemuda yang latihan militer di Aceh harus dituduh sebagai teroris dan ditembak serta dibunuh. Sebenarnya negara sangat memerlukan mereka untuk dilatih militer bagi pertahanan negara dari intervensi asing. Lha apa bedanya dengan kegiatan Menwa yang justru dibiayai dari APBN. Padahal sama-sama membela negara dari bahaya intervensi asing.
Mengapa Densus 88 terus menyasar para mantan pejuang Afghanistan, Mindanao, Ambon dan Poso. Sementara para separatis Kristen seperti RMS dan OPM dibiarkan berkeliaran bahkan membunuh aparat ?
Ini bagian dari operasi intelijen. Memang Islam berusaha untuk dimatikan, sepertinya umat Islam Indonesia tidak boleh berpolitik. Padahal dakwah harus dengan menggunakan politik dan kekusaan, bahkan sepertiga ayat Al Qur’an mengenai masalah politik.
Mengapa sejak BAKIN Ali Moertopo hingga BIN Hendro Priyono sekarang, umat Islam selalu menjadi sasaran operasi intelijen ?
Dulu umat Islam sukses membantu penumpasan PKI. Kemudian intelijen AS sengaja membuat gerakan NII (Negara Islam Indonesia) untuk menyudutkan umat Islam. Kemudian pemerintah membuat Operasi Khusus (Opsus). Jadi sesungguhnya intelijen sangat berjasa dalam mendirikan gerakan NII. Kemudian muncul Asas Tunggal Pancasila dan umat Islam menolaknya.
Kita tahu sejak dulu Ustadz Abu tidak pernah mau menerima Pancasila. Pada zaman Orba, Ustadz Abu pernah ditangkap dan dihukum 4 tahun penjara. Ketika dibebaskan sementara dan keputusan MA keluar kemmudian harus dihukum 9 tahun, maka Ustadz Abu bersama almarhum Ustadz Abdullah Sungkar hijrah ke Malaysia dan baru kembali tahun 1999 lalu.
Memang selama ini umat Islam selalu gagal memperjuangkan penerapan Syariah Islam di Indonesia, sehingga memicu sebagian dari mereka untuk memperjuangkannya dengan caranya sendiri. Tetapi kemudian dimanfaatkan oleh intelijen dengan membentuk Komando Jihad, Teror warman, Kelompok Imron dan sebagainya. Semua ini rancangan intelijen Opsus untuk mendiskreditkan umat Islam Indonesia.
Sekarang semakin terungkap, ternyata penyandang dana latihan teroris di Aceh adalah Sufyan Tsauri, mantan desertir Brimob dan anggota intelijen yang diduga kuat sengaja disusupkan ke teroris. Bagaimana komentar anda ?
Mengenai Sufyan Tsauri saya tidak tahu persis. Tetapi jamaah Ngruki di Solo tahun 1990-an pernah memiliki santri dari Bintara Polri. Dia bertugas di intelkam Solo, sering bolos dan kemudian mengajukan pensiun dini. Dia sempat ditahan setelah dilaporkan Den Intel Kodam IV Diponegoro sebagai aktifis Ponpes Ngruki yang dipimpin Ustadz Abu. Saya kira tentata atau polisi termasuk para mantan, kalau masuk jamaah layak dicurigai ternasuk saya dan almarhum ZA Maulani, ha ha ha. Saya kira skenario pelatihan militer di Aceh, jelas semuanya itu kerjaan intelijen. Bayangkan, Abdullah Sonata yang baru keluar dari penjara sudah mengadakan pelatihan, dananya darimana kalau bukan dari intelijen.
Saya sangat menyayangkan kelakuan Densus 88 dalam penangkapan Ustadz Abu seperti disiarkan di televise. Ustadz Abu seorang ulama besar yang dihormati bahkan namanya sampai ke Timur Tengah, kok ditangkap seperti menangkap penjahat. Apa aparat Densus 88 itu tidak dididik dengan HAM, etika dan moral. Lha kalau begitu apa bedanya dengan preman bersenjata ! Mereka beraninya hanya dengan orang tua yang tidak berdaya seperti Ustadz Abu, jelas ini sangat memalukan. Peristiwa ini sangat menyakiti hati umat Islam Indonesia yang akan menanggung bebannya secara mendarah daging dalam waktu lama. Jelas ini suatu ketidakadilan dan kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Ustadz Abu dan umat Islam Indonesia.
Karena semua ini atas permintaan AS, maka kita juga menyayangkan mengapa Kopassus TNI AD justru kerjasama dengan AS. Padahal di Pakistan dan Afghanistan, Taliban sukses melawan pasukan AS bahkan NATO yang menjarah negerinya. Tetapi disini sebagai negara dengan rakyat Islam terbesar di dunia, justru pemerintahnya bekerjasama dengan penjajah AS. Sekarang AS diambang kekalahan memalukan dalam bertempur melawan Taliban di Afghanistan.
Apakah penangkapan Ustadz Abu akan diikuti dengan penangkapan tokoh-tokoh umat Islam seperti Habib Rizieq dan lainnya ?
Kalau Habib Rizieq kan mainnya di hilir sedangkan Ustadz Abu di hulu, jadi lebih berbahaya main di hulu. Kalau di hilir memberantas maksiyat dan penyakit masyarakat lain, kalau di hulu kan penegakan Syariat Islam yang pasti akan dimusihi negara. Jadi Habib Rizieq tidak diannggap terlalu berbahaya bagi pemerintah.
Apakah penangkapan Ustadz Abu dalam rangka rivalitas para petinggi Polri untuk menggantikan Kapolri BHD yang akan pensiun ?
Memang semuanya memanfaatkan isu teroris. Saya kira biarkan saja mereka itu bertikai sendiri memperebutkan kursi panas Kapolri dengan berantem sendiri. (*)
http://www.suara-islam.com/news/berita/wawancara/1109-ustadz-abu-korban-operasi-intelijen