Anak Petani Nafsu Tinggi
BAB 2
Kegiatan Arjuna mengintip Ibunya mandi sekarang menjadi aktivitas harian yang tidak akan dilewatkannya. Arjuna kini sudah hafal bentuk tubuh Ibunya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dari bagian belakang maupun bagian depan. Apalagi kedua buah dada Ibunya yang besar dan ranum itu, yang dihiasi oleh puting indah bagaikan buah yang ditaruh di atas es krim sebagai penghias. Bentuk payudara Ibunya terekam dengan begitu jelas sehingga seakan meninggalkan jejak di benaknya yang tak dapat dihilangkan. Arjuna tinggal memejamkan mata, maka kedua payudara itu akan muncul di benaknya. Lekuk lingkar buah dada itu, jurang yang terjadi antara dua buah payudara itu, warna kulitnya yang kuning langsat, dan kilauan kulitnya yang basah ketika terkena sinar neon.
Kemudian ilham kedua datang saat Arjuna sedang asyik mengintip Ibunya yang mandi pagi. Arjuna ingin sekali melihat Ibunya dan ayahnya melakukan hubungan suami isteri. Ilham ini membuat Arjuna ejakulasi lebih cepat dari biasanya. Namun Arjuna tidak kecewa, malah menjadi asyik memikirkan bagaimana rencana selanjutnya akan dilakukan.
Setelah matang rencananya, Arjuna menjalankan niatnya hari itu juga. ketika ia pulang sekolah dan Ibunya sedang keluar mengantarkan makanan kepada ayahnya, maka Waluyo masuk kamar orang tuanya yang letaknya persis di sebelah kamar tidurnya sendiri untuk menyelidiki keadaan. Rumah mereka adalah rumah kayu tanpa langit-langit. Tipikal rumah petani sederhana. Membolongi kayu tidaklah mungkin, karena pasti akan terlihat, namun karena rumah mereka tidak memiliki langit-langit, maka ada jalan lain untuk dapat mengintip.
Arjuna dapat melongok dari atas dinding kamarnya secara langsung, hanya saja tempat itu banyak debunya sehingga sangat kotor, lagian letaknya cukup jauh. Maka mulailah Arjuna mendekorasi ulang kamarnya. Ia menempatkan lemari pakaiannya pada dinding kamarnya yang tepat di sebelah kamar orangtuanya. Meja belajarnya – yang dIbuat ayahnya, yang sebenarnya hanya sebilah papan dipaku pada empat buah kaki, buatannya kasar namun sangat kokoh – ditaruhnya disamping lemari pakaiannya. Berhubung lemari itu tidak begitu tinggi, melainkan hanya setengah dinding, maka pas sekali kalau ia jongkok di atas lemari dan melongok.
Dewi, Ibunya, sempat melihat ke dalam kamar dan menyaksikan Arjuna sedang membersihkan bagian atas lemari itu. Ibunya malah senang melihat anaknya mendekorasi ulang kamarnya dan membersihkannya juga. Dewi tidak tahu bahwa anaknya begitu rajin justru karena memiliki otak yang kotor dan ingin mengintip kedua orangtuanya ngemprut! Dewi tidak melihat ketika Arjuna juga membersihkan bagian atas dinding penyekat kedua kamar itu dan juga tiang di tengahnya, agar nanti tangan Arjuna tidak kotor.
Ketika tengah malam datang, Arjuna yang tidak tidur, mulai beraksi. Dipanjatnya meja belajarnya, kemudian dengan hati-hati dipanjatnya lemari pakaiannya dengan perlahan. Ketika ia sudah berjongkok di atas lemari itu, di pegangnya ujung atas dinding pembatas itu lalu mulai melongokkan kepalanya untuk melihat ke kamar sebelah.
Arjuna kecewa karena yang dilihatnya hanya Ibunya yang tidur dengan kain, namun ayahnya tidak terlihat. Arjuna bingung, karena jadwal ronda ayahnya masih jauh. Maka dengan perlahan ia turun dari lemari itu lalu keluar kamar dan mencari ayahnya. Ayahnya ternyata tidur di bale-bale di depan rumah. Hari itu Arjuna gagal. Namun Arjuna tidak patah semangat, mungkin saja hari ini ayahnya begitu letih sehingga tertidur di depan. Maka, Arjuna berencana untuk melihat keesokkan harinya.
Namun, ayahnya tidak tidur di kamar tidur bersama Ibunya keesokkan harinya, atau esoknya lagi, atau besoknya lagi, bahkan selama seminggu ini Arjuna tidak pernah melihat kedua orang tuanya tidur bersama. Bahkan pada hari sabtu, ayahnya justru tidak ada di rumah sama sekali. Padahal malamnya mereka makan bersama, namun pada tengah malam ayahnya tidak dapat ditemukan di mana-mana.
Anehnya, ketika sepanjang minggu depannya lagi, hal yang sama terjadi. Arjuna menjadi bingung dan menjadi sangat ingin tahu kenapa kedua orang tuanya tidak tidur sekamar.
Paginya setelah mandi, ketika sarapan pagi, Arjuna bertanya pada Ibunya. Seperti biasa ayahnya sudah berangkat ke sawah ketika Arjuna mandi.
“Bu, minggu lalu Arjuna bangun malam-malam. Terus Arjuna mau ke kamar mandi, tapi karena masih ngantuk Arjuna malah keluar ke serambi. Eh Bapak tidur di bale-bale. Arjuna pikir Bapak kecapekan. Tapi tadi malam waktu Arjuna bangun lagi, eh Bapak kok masih tidur di sana ya? Ibu sama Bapak lagi marahan ya?”
Dewi tampak terkejut dengan perkataan Arjuna.
“Hush… kamu kok ngurusin orangtua? Bapakmu sama Ibu enggak marahan, kok.”
“Bukan ngurusin Bu, tapi Arjuna takut. Temen Arjuna si Arjuna itu dulu orangtuanya marahan, eh tahu-tahu cerai. Jangan cerai ya, Bu?!”
Dewi hanya menghela nafas sambil menggeleng,
“Bapak sama Ibumu ini ga bakalan cerai. Kamu tenang saja. Bapak memang dari dulu tidak tidur di kamar. Soalnya panas. Bapak lebih senang tidur di luar karena sejuk dan dingin. Kamu ga usah takut, Jun.”
Arjuna mengangguk saja. Namun ia jadi tambah heran. Menurut Harun temannya itu, ngemprut itu kegiatan paling enak. Jadi, pasti hampir tiap hari suami isteri itu ngemprut. Kecuali kalau perempuannya haid atau datang bulan. Tapi biasanya datang bulan itu hanya seminggu. Nah, kedua orangtua Arjuna tidak puasa ngemprut hanya seminggu, tapi sudah dua minggu. Pasti ada sesuatu yang aneh. Maka, Arjuna tetap mengintip kamar Ibunya selama sebulan. Jadi dalam sehari, ia mengintip Ibunya dua kali. Sekali waktu mandi pagi, kedua kali waktu Ibunya tidur. Dan Arjuna menyadari bahwa kedua orangtuanya tidak pernah tidur bersama!
Setelah mengetahui hal ini, Arjuna yang adalah anak pintar mulai dapat melihat bahwa sebenarnya hubungan ayah dan Ibunya tidaklah harmonis. Ada sesuatu masalah dalam keluarganya yang ia sendiri tidak tahu apakah itu. namun dihadapan Arjuna, kedua orangtuanya tetap berbicara santai seperti biasa. Hanya saja kini Arjuna dapat menilai bahwa perhubungan mereka bukanlah hubungan yang intim dan romantis. Lebih seperti seorang kakak dan adik. Mereka saling menyayangi, namun tidaklah saling mencintai selayaknya pasangan suami isteri.
Dan Harun pernah mengatakan kepada Arjuna, bahwa lelaki dan perempuan itu sama saja. Dua-duanya butuh melakukan hubungan suami isteri. Karena contohnya, Mbak Sari yang suaminya, Mbah Bejo yang sudah kakek-kakek itu pernah ketahuan warga melakukan hubungan terlarang dengan pemuda dari dusun seberang. Saat itu heboh sekali. Arjuna juga mendengar bahwa Mbak Sari itu selingkuh, hanya saja waktu itu Arjuna tidak mengerti, dan kedua orangtuanya ketika ditanya malah menyuruh Arjuna diam. Barulah dari Harun Arjuna mengerti bahwa selingkuh itu berarti melakukan hubungan suami isteri bukan dengan pasangannya, melainkan dengan orang lain. Dan Mbak Sari selingkuh, karena ia butuh melakukan hubungan seks sedangkan Mbah Bejo sudah tidak sanggup lagi melakukan itu.
Kini, Arjuna menjadi curiga. Apakah dengan ini Ibunya juga selingkuh? Untuk beberapa lama, Arjuna akhirnya berusaha mengikuti Ibunya kemana-mana, tentunya ketika sudah pulang sekolah. Namun Ibunya tidak pernah keluar rumah kalau tidak perlu. Ibunya hanya pergi mengantar makanan pada ayahnya. Sesekali mampir di tetangga untuk bertamu, namun bertamu kepada Ibu-Ibu yang lain. Kalau begitu, kalau perempuan butuh tapi tak pernah melakukannya bagaimana jadinya?
Harun yang tahu banyak itu malah berkata,
“Kalalu kamu ketemu perempuan yang sudah menikah dan dia sudah tidak lama begituan sama suaminya, kamu kasih tahu aku, Jun. biar aku dekati. Perempuan seperti itu pasti gampang dirayu karena nafsunya sudah lama ditahan-tahan. Kamu kenal perempuan jablay seperti itu?”
Arjuna buru-buru berbohong dan berkata,
“Belum sih. Cuma mau tahu aja, kalau ada perempuan seperti itu harus bagaimana?”
“Ya dirayu donk. Pasti mau deh!”
“Kamu kok tahu sih? Umur kita kan sama!”
“Aku ini kenal sama Zainal. Itu loh, selingkuhannya Mbak Sari. Nah, Zainal itu pernah cerita tentang perempuan yang jarang dibelai, atau jablay. Yang penting dideketin, dipuji-puji sama dirayu-rayu deh. Itu katanya.”
Arjuna mengangguk-angguk. Ia simpan hal ini dalam hatinya baik-baik. Apakah Ibunya bisa dirayu-rayu sama dia? Berhubung Arjuna masih kecil, ia belum bisa berfikir baik dan buruk. Orang dewasa tentu tahu bahwa merayu Ibu sendiri adalah sesuatu yang absurd dan tidak mungkin dilakukan. Namun, bukanlah salah Arjuna bahwa ia tidak tahu, namun keadaan lingkunganlah yang membuat Arjuna dewasa pada saat yang tidak tepat.
Next
Tulisan Terkait