Anak Petani
BAB 7
Selama sebulan setelah pertama kalinya Arjuna merasakan bersetubuh dengan ibunya, selama itu pula, setiap hari mereka melakukan anal seks dan juga menggesekkan kelamin. Suatu hari, Ayahnya tidak ke sawah. Rupanya ia mau membantu temannya pindahan hari itu. Maka pagi itu Arjuna tidak dapat melakukan aksinya seperti biasa. Ibunya bersikap biasa-biasa saja, malah cenderung sedikit lebih diam.
Arjuna hari itu sekolah. Sayangnya teman-temannya mengajak main bola. Arjuna yang sudah tak sabar akhirnya pulang duluan sebelum jam tiga dengan alasan ga enak badan. Ketika ia pulang ibunya sedang menimba air memakai pipa dragon. Ayahnya tidak terlihat.
“Loh….. Ibu, ayah kemana? Belum selesai bantuin temannya?”
“Belum, Jun.”
“sampai sekarang belum pulang juga?
“bapak pergi rumah temannya hari ini. Siang ini mungkin sudah pulang.”
Kebetulan, pikir Arjuna. Jadi lebih bebas.
“Perlu dibantu?” tanya Arjuna.
“Sudah kelar kok. Ini ibu mau mandi. Belum sempat mandi dari pagi, abis tadi pagi ngantar bapak kamu. Siangnya kerjaan dirumah sudah numpuk. Kamu juga biasanya pulang siang dan bantu ibu. Sekarang malah pulang sore.”
“Wah… maaf deh bu. Janji ga akan lagi. Arjuna akan pulang terus untuk ngebantuin ibu.”
“sekarang bantu ibu isi bak mandi.”
“Jangan dulu donk, bu.”
“tuh kan… katanya mau bantu……”
“pasti dibantu. Cuma, Arjuna kan belum cium ibu.”
“Ih…. Ibu belum mandi……. Udah bau nih…… dari pagi kerja di rumah….”
“Biar belum mandi, Arjuna tetap sayang ibu. Cuma, ibu kayaknya ga sayang Arjuna, deh.”
“Loh, kok ngomong gitu?”
“Kan kemarin Arjuna minta ibu jangan pake baju kalau kita berdua aja. Ibu sekarang pakai kain. Ibu ga sayang.”
Dewi hanya menggeleng sambil tersenyum. Dasar anaknya memang bandel.
“Ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu terlebih dahulu.”
“Apa itu, bu?”
Dewi mengajak anaknya ke kamar tidur lalu mereka duduk di tempat tidur.
“Ibu mau cerita tentang sejarah keluarga kita…”
Maka, ibunya mulai menceritakan sejarah keluarga mereka kepada Arjuna. Empat belas tahun yang lalu, ketika Dewi berumur 14 tahun, ia menikah dengan Waluyo. Kala itu, ayah dan ibu Dewi kenal dengan Waluyo yang baru pulang dari Kalimantan. Waluyo baru sembuh. Ternyata, Waluyo baru cerai dengan isteri pertamanya karena ada masalah keluarga.
Keluarga Fauziah, isteri pertama Waluyo adalah keluarga kaya. Dengan 3 orang anak. Syafei, putera tertua, Fauziah puteri kedua dan Aisyah puteri terakhir. Ketika itu, ayah mereka sakit-sakitan dan menurut dokter tidak akan lama lagi bertahan hidup. Maka, terjadilah perang keluarga antara Syafei dan Waluyo memperebutkan harta keluarga. Akhirnya, Syafei tewas dalam suatu perkelahian massal antara keduanya. Waluyo terluka parah.
Akhirnya ibunya Fauziah memaksa anaknya pulang dan menceraikan mereka berdua. Waluyo membeli lahan pertanian di kampungnya dan membangun keluarga baru dengan Dewi.
Setelah melahirkan Arjuna, Waluyo tidak pernah menyentuh Dewi lagi secara seksual. Lama-kelamaan, Dewi bingung dan menanyakan ini pada Waluyo. Akhirnya Waluyo mengaku bahwa, sebenarnya ia menyukai lelaki. Ternyata Waluyo itu homo. Sebenarnya Waluyo suka lelaki dari saat ia remaja, namun karena lingkungan tradisional melarang dan mencaci homo, maka Waluyo berusaha membangun keluarga. Ia berhasil berhubungan seks dengan cara membayangkan lelaki.
Baru di kampungnya ini, Waluyo menemukan kekasihnya. Seorang lelaki bernama Joko yang bujangan walaupun umurnya sudah empat puluh. Joko ini bekerja sebagai buruh tani yang ikut menggarap tanahnya Waluyo. Inilah mengapa Waluyo sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang. Berhubung mereka tinggal di bukit yang masih banyak pohon bak hutan, dan rumah tetangga berjauhan, aktivitas Waluyo tidak diketahui warga.
Akhirnya Arjuna mengerti. Lalu ibunya berkata,
“Kamu kan ingat, akhir-akhir ini kita sering berhubungan seks?”
“Iya, bu.”
“Sekarang ayah kamu tahu.”
Arjuna kaget. Ia sangat ketakutan.
“Ibu hamil. Baru kemarin ibu tahu, tadi pagi ibu terpaksa bilang sama ayah kamu.”
“Waduh… gimana, dong?” tanya Arjuna takut tapi di lain pihak ia bangga juga bisa menghamili ibunya.
“tenang, Jun. Bapakmu sudah merestui kita. Bapakmu itu cemburunya besar. Dia tidak suka ibu hubungan sama laki-laki lain. Makanya ibu ga pernah selingkuh. Pernah ada laki-laki yang genit sama ibu, dan lalu ditempiling Bapakmu sampai pingsan. Tapi, kamu adalah anak laki-laki satu-satunya yang disayangnya. Maka, ia merestui kita. Apalagi, Bapak kamu emang udah lama mau punya anak lagi.”
Arjuna menjadi lega.
“Nah, kemarin Mas Joko pacar bapakmu itu terlibat hutang judi sehingga sekarang rumahnya dijual. Oleh karenanya, Bapak bilang karena ibu sudah punya kekasih di rumah, Bapak pun harus punya. Mulai hari ini, Bapakmu akan tidur sama mas Joko di rumah ini.”
Oh, rupanya begitu, pikir Arjuna. Berhubung sekarang ibu punya rahasia tabu, maka ayahnya berpikir untuk membawa pacarnya ke rumah. Arjuna menjadi semangat. Akhirnya mereka berhubungan lagi di kamar ibunya. Hari itu berhubung ayahnya tidak ada, mereka berdua bagai sepasang pengantin yang melakukan hubungan di segala tempat.
Banyak sekali yang dibicarakan mereka, sehingga mereka lupa melakukan hubungan seks pagi itu. Akhirnya Arjuna buru-buru mandi untuk pergi ke sekolah. Ia hanya sempat nenen sebentar, lalu berangkat ke sekolah. Walaupun belum ngentot ibunya hari itu, Arjuna merasa di awang-awang. Akhirnya hubungan mereka dapat dilakukan dengan terbuka dihadapan ayahnya.
Siangnya, Mas Joko resmi tinggal di rumah mereka. Orangnya agak lenjeh seperti bencong, dan tampaknya ini disukai ayah Arjuna.
Malam itu mereka makan di dipan seperti biasa, ditambah dengan satu orang, yaitu mas Joko. Setelah makan dan dipan sudah dibereskan, Waluyo merangkul Joko dengan mesra lalu mulai menciumi pipi lelaki itu.
Arjuna dan ibunya jengah. Melihat itu Waluyo berkata,
“Ga usah malu. Ini adalah jati diriku. Kalian juga tidak usah malu-malu. Sekarang, aku ini suami isteri dengan Joko. Kamu, Dewi, sekarang adalah isterinya anakku. Kamu, Arjuna, adalah suami ibumu. Dengan begini semuanya senang, kan?” lalu Waluyo tertawa bahagia dan mulai mencumbu Mas Joko lagi.
Arjuna yang selalu horny, segera merangkul ibunya dan mencium bibirnya. Dewi yang kaget, dengan cepat membalasnya. Dua pasangan itu bercumbu di dipan.
“Bu. Di sini rame. Arjuna mau ngemprut ibu.”
Waluyo menghentikan aksinya lalu berpaling pada Arjuna.
“Hati-hati ya, jangan terlalu keras, ada cucuku di perut isteriku. Kamu sebagai anak harus menghormati ibu kamu walaupun kamu sedang ngentotin ibumu.”
“Iya, Pak. Arjuna kan cinta mati sama ibu.”
Waluyo tertawa lagi.
“Bagus. Sana setubuhin ibumu. Bapak juga ga sabar mau ke kamar.”
Dengan berbunga-bunga Arjuna menarik ibunya ke kamar.
Selama ini Dewi takut kalau hamil akan membuat suaminya marah. Tapi ternyata tidak, malah Waluyo senang. Maka Dewi menjadi sumringah memikirkan akhirnya dapat ngentot dengan anaknya yang ganteng.
Ketika mereka sampai di kamar, Arjuna yang sudah menahan-nahan sepanjang hari di sekolah, segera membuka baju dengan cepat dan membuangnya di lantai. Dewi tersenyum melihat tindakan anaknya itu. Ia lalu membuka kainnya juga. Ketika ia sedang membuka bh-nya, Arjuna yang sudah telanjang dengan cepat menarik celana dalamnya lalu melempar celana dalam itu asal-asalan di lantai.
Mereka berdiri berhadapan dengan telanjang bulat. Arjuna memegang kedua tangan ibunya.
“Mulai hari ini, Ibu adalah isteri Arjuna,” kata remaja itu, “kita adalah suami isteri. Ibu sudah mengandung anak hasil hubungan kita. Arjuna janji akan selalu mencintai ibu sampai selama-lamanya.”
Dewi terdiam. Hatinya berbunga-bunga. Ia tersenyum malu-malu bagaikan pengantin di malam pertama.
“Ibu selalu mencintai kamu, Arjuna anakku. Ibu akan jadi isteri yang menurut, yang mengasihi kamu, merawat kamu dan memberikan apapun yang kamu minta. Sebaiknya kamu memanggil Ibu dengan nama depan, karena sekarang kita sudah jadi suami isteri.”
“Dewi, kekasihku. Sepertinya enak didengar. Tapi Arjuna merasa bahwa kalau manggil Ibu juga menambah perasaan nikmat. Apalagi waktu kita senggama. Arjuna merasa bahwa apa yang kita lakukan bertambah asyik kalo Arjuna tetep memanggil Dewi sebagai Ibu. Dan Dewi juga harus terus memanggil anak waktu kita bercinta. Jangan panggil nama Jun. panggil anakku. Bagaimana menurut kamu, Dewi?”
“Aku sih terserah suami saja.”
Arjuna lalu menerkam ibunya lalu menyosor bibir ibunya dengan rakus. Mereka berciuman sambil berdiri dengan saling berpelukan. Suara kecipak bibir beradu mengumandang. Agak lama, Arjuna yang harus dongak merasa lehernya pegal. Maka beringsut, ia maju perlahan mendekati tempat tidur. Dewi mengikuti gerakan anaknya yang mendorongnya ke tempat tidur.
Mereka berciuman sampai keduanya bertindihan di kasur. Tangan Dewi meremas-remas rambut anaknya. Sementara kedua tangan Arjuna kini memegang dagu ibunya dari samping. Ciuman mereka basah karena lidah mereka saling menari-nari berkejaran dan berbenturan. Arjuna menikmati cumbuan itu. Lalu ia mulai menjilati seluruh wajah ibunya. Ibunya hanya mendesah ketika lidah Arjuna yang basah menyapu sekujur wajahnya dari jidat sampai dagu.
Lidah Arjuna kini menyapu leher ibunya. Dewi menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidah anaknya itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambut anaknya. Lidah Arjuna kini menyusuri dadanya. Arjuna menjilat belahan dada ibunya yang seperti lembah kecil sambil sesekali mencupang daerah itu juga. Kemudian dengan rakus Arjuna melahap tetek kanan ibunya sambil tangan kanannya meremas payudara ibunya yang sebelah kiri.
Dewi mulai menanjak birahinya ketika dirasakannya lidah anaknya memutar-mutar di puting payudaranya dan diselingi dengan hisapan mulut. Terkadang mulut Arjuna menyedot pinggir payudara Dewi, bagian bawah payudara Dewi, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulut anaknya sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan.
Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Arjuna menyerang tetek kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Arjuna sedang makan buah atau makanan nikmat karena mata anak itu merem melek.
Akhirnya lidah Arjuna bergerak turun sepanjang perut ibunya sampai akhirnya berhenti di pusar ibunya. Di situ Arjuna menyedoti pusar ibunya dengan seru. Kemudian perlahan lidah Arjuna mulai menjilati bagian bawah perut ibunya sampai akhirnya tiba di semak belukar milik ibunya. Kini Arjuna mulai menjilati seluruh jembut ibunya bagaikan anjing yang sedang minum.
“Memek ibu, anakku…… jilatin memek ibu donk…….”
Arjuna lalu berlutut di bawah kaki ibunya, lalu membuka bibir luar vagina ibunya sehingga merekah. Dinding memek ibunya terlihat sedikit mengkilat karena basah oleh cairan organ intim ibunya sendiri. Bau tubuh ibunya tercium jelas dari lubang pernakan itu. Arjuna menjilati memek ibunya.
“Oooh…… anakku…… cah bagus……….. begitu…… iya…… jilatin terus memek ibu kamu……… memek ini pernah kamu lewatin waktu kamu lahir. Dari memek ibu kamu lahir, sekarang kamu berkunjung lagi dan membersihkan memek ini….. Ooooooh……. Iya…… yang keras……..”
Arjuna mulai merogoh lubang kencing ibunya dengan lidahnya. Ada campuran bau pesing dan bau tubuh ibunya di daerah itu. Arjuna memainkan klitoris ibunya dengan telunjuk kanannya sementara lidahnya mengoyok-oyok dinding dalam memek ibunya dengan bersemangat.
Tak lama mereka berdua keringatan. Memek ibunya telah basah kuyup karena campuran keringat dan cairan kewanitaan. Arjuna suka sekali memek ibunya, bagaimana baunya dan rasanya di lidah menyatu menjadi suatu bau yang sangat erotis.
Dewi mendekap kepala anaknya lalu mendorong kepala itu sehingga kini seluruh mulut Arjuna mampir di vaginanya. Arjuna menjilati dinding memek ibunya dengan membuat gerakan memutar.
“kocok memek ibu dengan lidah kamu, anakku…….. jilat terus, anakku, isep-isep terus memek ibu, anakku…… anak pinter………… nikmaaaaat…..”
Akhirnya Dewi sudah tidak tahan. Ia pun sepanjang hari memikirkan momen ini. Momen dimana puncak kenikmatan sejati akan mereka berdua raih. Hubungan kelamin adalah puncak hubungan dua orang manusia. Dan mereka sedang berusaha menggapai puncak itu. Maka Dewi berkata,
“Udah dulu, anakku…. Sekarang masukkan kontol kamu ke memek ibu kamu…… gagahi ibu……. Setubuhi ibu kamu……… ayo, sayang………. Anakku…… kembali ke rahim ibu kamu……. Ayo bersatu dengan ibu……. Kita jadi satu tanpa ada yang memisahkan kita………”
Mendengar ibunya berbicara seperti itu, birahi Arjuna meledak. Ia segera bangkit lalu menuntun rudalnya ke hadapan liang senggama ibunya. Ibunya meraih ujung kontolnya lalu menempatkan kepala kontolnya tepat di ujung lubang kencing ibunya itu.
“Dorong, nak……… masukkan kontolmu ke dalam memek ibu kamu……… inilah waktu yang kamu tunggu-tunggu…… mari bersenggama dengan ibu………. Entotin ibu, nak……. Entotin ibumu ini, nak…… gagahi ibu, nak………. Jajah rahim ibu dengan pasukan spermamu, nak….”
Arjuna dengan tenaga penuh mendorong pantatnya ke depan. Serta merta kontolnya ambles ke dalam liang senggama ibunya yang licin dan sempit itu.
“enaknya!!!!!!!” teriak Arjuna.
Mulailah ibu dan anak itu berpacu dalam kenikmatan tabu. Arjuna menggenjot tubuh ibunya dengan semangat berkobar-kobar, pantatnya maju mundur untuk menggerakkan burungnya keluar masuk sarang walet ibunya. Sementara, Dewi asyik mengimbangi dengan pantat yang diputar sambil didorong dan ditarik, gerakan spiral yang membuat rudal anaknya seakan mengebor dinding liang senggamanya.
Kedua tangan mereka berpelukan erat, sementara kaki Dewi melingkari tubuh bawah anaknya dengan kedua lutut menjepit kedua paha atas anaknya itu untuk membantu ketika ia mendorong pantatnya sambil menarik tubuh anaknya dengan kedua kakinya itu sehingga waktu selangkangan mereka beradu terdengarlah bunyi benturan khas orang lagi ngentot.
Di lain pihak, Arjuna kini asyik menyusui payudara kiri ibunya. Disedotinya pentil ibunya yang telah tegak berdiri sambil terkadang lidahnya disapu secara memutar di puting ibunya itu. Dewi yang sekarang sudah terbebas dari perasaan takut akan suaminya, kini secara lepas mengerang, merintih bahkan bersuara keras menikmati hujaman demi hujaman kontol anaknya yang menggagahi memeknya berulang-ulang.
“Anak baik…….. entoti ibu, nak……. Entoti yang keras……….. pakailah ibu sesukamu, nak…… gagahi ibu terus……. Tusukkan kontolmu keras-keras di memek ibu……… aaaaahhhhhh……….. terus, nak…… terus, sayaaaaang…….. jangan berhenti…….”
Ruangan kini dipenuhi suara erangan dan seruan kenikmatan Dewi ditambah dengan suara selangkangan yang beradu. Memek Dewi memancarkan bau tubuh perempuan dewasa yang sedang birahi selain itu aroma ketiaknya juga memperjelas bau tubuhnya itu, apalagi setelah beberapa menit ia berkeringat deras. Arjuna pun kini mandi keringat. Bau tubuhnya dan bau tubuh ibunya membaur dan menguasai ruang tidur mereka. Kamar ini penuh dengan aroma seks.
Arjuna dapat merasakan tubuhnya mengeluarkan peluh, sementara tubuh ibunya juga sudah licin karena basah oleh keringat juga. Keringat mereka kini bercampur saling menempel di kulit masing-masing. Tubuh ibunya memang dibuat untuk dientot Arjuna, pikir anak remaja itu. Tubuh ibunya terasa halus dan empuk dan hangat, sementara memek ibunya serasa sangat pas bagi kontolnya. Seakan-akan kontolnya telah memasuki suatu cetakan yang tepat sekali ukurannya.
Arjuna merasa melayang di langit ketujuh. Ia sungguh menikmati persetubuhannya dengan ibunya. Bau tubuh ibunya selalu memabukkan dirinya, kini memek ibunya juga menjadi sesuatu yang seperti candu baginya. Ia merasa tidak akan pernah bosan ngentotin ibunya.
Mulut Arjuna kini menjelajah setiap jengkal payudara ibunya. Segala hal yang dapat dilakukan mulutnya untuk merasakan kulit payudara ibunya telah dilakukannya. Menjilat, menyedot, mengecap, mencupang bahkan menggigit perlahan dilakukannya terhadap payudara ibunya itu.
Setelah payudara kiri ibunya itu telah habis dijelajahinya, meninggalkan bekas cupang di sana sini dan air liur yang bercampur dengan keringat mereka, Arjuna lanjut mengeksplorasi payudara ibunya yang satu lagi.
Dewi merasa bahagia sekali. Ia akhirnya dapat berhubungan badan dengan anaknya tanpa takut apa-apa lagi. Ijin dari sang suami menambahkan perasaan euphoria bagi Dewi. Kini ia tidak menahan-nahan nafsunya lagi melainkan melepaskan segala birahinya dengan anaknya. Telah belasan tahun Dewi hidup tanpa dijamah lelaki, kini adalah saatnya untuk menggantikan semua waktu yang lewat di mana tak ada belaian pria baginya.
Kini, anak laki-lakinya sendiri, darah dagingnya, menjadi pemuas birahi baginya. Kini, Dewi dan anaknya menjadi satu. Tidak ada penghalang satupun di antara mereka. Kedua organ intim mereka menjadi satu, mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh, mematikan segala logika di otak dan meniadakan suara hati. Nafsu primordial kini menguasai akal budi mereka.
Gerakan keduanya menjadi suatu tarian harmonis dua insan berlainan jenis. Mereka saling mendorong dan menarikkan pantat pada saat yang bersamaan. Mereka sedang menarikan tarian yang paling tua di sejarah manusia. Tarian reproduksi.
Lama-kelamaan gerakan mereka berdua semakin cepat dan keras. Keduanya berpacu mencapai garis finish, yaitu saat yang paling ditunggu-tunggu semua orang yang sedang berhubungan seksual. Suatu keadaan di mana waktu seakan berhenti, di mana panca indera bagaikan mati, di mana dunia tidak lagi menjadi persoalan. Yang ada hanya aku dan pasanganku yang sedang menggapai puncak kenikmatan.
Arjuna mengentoti ibunya terus. Selama sekitar lima belas menit ia menghujami kemaluan ibunya dengan kemaluannya sendiri. Liang vagina ibunya begitu hangat dan basah sehingga batang kontolnya meluncur dengan mudah di tempat yang sempit itu. Walaupun dinding dalam memek ibunya menghimpit dan menjepit kontolnya dengan kuat, namun justru ketika batang kontolnya bergesek sepanjang dinding kemaluan ibunya itu yang menciptakan suatu sensasi yang paling nikmat yang pernah ia rasakan. Tidak ada satupun hal di dunia yang lebih enak dari ngewe, pikir Arjuna. Apalagi aku sedang menggauli ibu sendiri. Sungguh hubungan sedarah memang paling top.
Tiba-tiba Dewi memeluk anaknya erat-erat pada kedua tangan dan kakinya sambil berkata,
“Ibu sampeeeeeeeee…………………………….. Juuuuuuuuuuuuuuuun……..”
Dinding vagina ibunya berkedut-kedut seakan mulut yang membuka menutup. Arjuna yang juga mendekati klimaks sebelum ibunya orgasme, menjadi tak tahan lagi. Sensasi memek ibunya yang membuka menutup itu mengirimkan sinyal yang kuat pada tubuhnya. Akhirnya tak berapa lama setelah ibunya mulai orgasme, Arjuna pun mencapai puncak kenikmatan itu. Kontolnya melepaskan air mani ke dalam rahim ibunya yang sudah terisi janin. Janin yang didapat dari Arjuna sendiri. Arjuna menekan dalam-dalam kontolnya pada memek ibunya yang sedang kontraksi, sehingga selangkangan mereka menempel keras.
Dewi yang sedang orgasme merasakan kontol anaknya menekan keras, gerakan hujaman itu, ditambah dengan dorongan pantat Dewi sendiri membuat sedikit ujung kontol anaknya melewati liang senggamanya. Hampir setengah senti kontol anaknya menembus liang senggamanya dan mencapai ke dalam rahimnya. Kemudian Dewi merasakan kontol anaknya itu menumpahkan spermanya langsung ke dalam rahimnya.
“Kamu di rahim ibuuuuuuuuuuuuuuuu………. Kamu masuk ke rahim ibu lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…”
Arjuna dapat merasakan sedikit ujung kontolnya melewati lingkar lubang kencing ibunya. Rupanya kontolnya telah masuk begitu jauhnya dan sampai di rahim ibunya. Saat itu ia dapat merasakan tubuh ibunya, terutama pinggul ke bawah bergetar seakan menggigil, lubang vagina ibunya mencengkram batang kontolnya dengan kuat sekali, saat itulah ia melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya.
“lobang memek ibu pepet bangeeeeeeeeeeet…….. Arjuna ngecrooooooot……………. Arjuna ngecrotin ibuuuuuuuuuuuu……….. terima mani Arjuna, buuuuuuuuuuuuu………………….”
Setelah berkedut-kedut sampai tujuh kali, Arjuna merasakan tubuhnya begitu letih lalu merebahkan dirinya dengan tetap menindih ibunya. Dewi kali ini merasakan orgasme yang paling hebat yang pernah ia rasakan. Pengalaman ini begitu melelahkan sehingga ia pun menjadi lemas dan lalu telentang pasrah. Keduanya tertidur dengan bibir yang tersenyum karena baru saja mengalami kenikmatan yang tiada bandingnya.
Kehidupan keluarga Waluyo kini berbeda. Mereka semua menjadi keluarga yang bahagia luar dalam. Walaupun mereka tidak kaya, namun dalam soal batin, mereka sudah mencapai kepuasan. Namun, yang namanya dunia memang tidak dapat diperkirakan. Arjuna awalnya bahagia karena setiap hari dapat menggarap ibunya. Tetapi, setelah tiga bulan ibunya mulai uring-uringan dan kadang marah-marah untuk hal-hal yang ga begitu jelas. Kata Waluyo, itu bawaan orok. Alhasil, tidak setiap hari Arjuna dapat menyetubuhi ibunya. Ketika bulan kelima, maka perut ibunya telah besar, jatah preman Arjuna menjadi berkurang lagi. Ibunya berusaha menjaga kandungannya, alasan ibunya. Jadi, Arjuna hanya dapat jatah paling banyak empat kali dalam seminggu, itu juga kadang-kadang. Lebih banyak ibunya mengasih jatah dua kali dalam seminggu.
Waktu bulan ke lima itulah, ada perubahan dalam keluarga Waluyo. Fauziah, mantan isteri Waluyo dan anak pertama Waluyo dari Fauziah, yaitu Annisa, datang ke rumah mereka. Maka, kisah ini mulai berkembang……
Next
Tulisan Terkait