Anak Petani
BAB 11 (Last)
" Arjuna terbangun horny. Ia bermimpi sedang berhubungan seks dengan ibu tirinya. Ia bermimpi sedang mengentot ibu tirinya dari belakang dengan posisi doggy style. Ibu tirinya telanjang dalam mimpinya, juga Arjuna tidak memakai baju. Hanya saja, kontolnya tidak dapat masuk ke dalam memek ibunya itu melainkan hanya menempel saja di pantat Fauziah. Entah kenapa kontolnya tidak dapat memasuki lubang kemaluan ibu tirinya itu melainkan hanya terus menempel.
Ketika terjaga, Arjuna mendapatkan dirinya sedang memeluk Fauziah dari belakang. Kontolnya yang tegang dibalik sarung sedang menempel pada belahan pantat ibu tirinya itu. Rupanya dalam kenyataannya memang seakan-akan Arjuna dan Fauziah doggy style hanya saja posisinya berbaring menyamping di tempat tidur.
Tiba-tiba Fauziah bergerak. Arjuna menjadi kaget. Arjuna pura-pura masih tertidur dan tidak bergerak. Fauziah bangun kaget juga mendapatkan dirinya sedang dipeluk anak tirinya. Ia merasakan kontol anak tirinya yang besar itu sedang menempel di belahan pantatnya.
“Jun,” panggil Fauziah. Arjuna pura-pura masih terlelap.
Fauziah memanggil beberapa kali, namun Arjuna tetap tidak bergerak. Fauziah menghela nafas memikirkan apa yang harus dilakukan. Fauziah sudah lama tidak didekap oleh lelaki. Bau tubuh Arjuna yang maskulin, walaupun tidak terlalu keras, namun cukup menggetarkan kalbu Fauziah juga. Tubuh hangat Arjuna yang memeluknya memberikan kenyamanan. Fauziah bingung harus ngapain.
Arjuna, di lain pihak, merasa tersiksa. Ia sudah horny sekali namun kini harus pura-pura tertidur. Masalahnya, kepala Arjuna serasa mau pecah menahan libido. Apa yang harus dilakukannya? Apa lagi kini Fauziah tidak berusaha membangunkannya lagi, melainkan malah terdiam di tempat tidur.
Arjuna yang cerdik berlagak mengigo,
“Mama Fauziaaah………………..mmmm…….. Mama Fauziah……….”
“Jun, kamu sudah bangun?”
Arjuna terus berlagak meracau di tempat tidur,
“Mama Fauziaah…………. Mama sayang Jun, tidak?....”
“Jun?”
“Arjuna sayang Mama Fauziah…….. mmmmmmmmmmm……..”
Lalu Arjuna belagak sedang memeluk guling dalam tidurnya dan mempererat rangkulannya. Fauziah terkejut. Rupanya Arjuna sayang pada dirinya. Tampaknya ini yang benar-benar dirasakan Jun, karena Jun berbicara dalam tidurnya. Fauziah agak bingung. Arjuna menunjukkan rasa sayang kepada ibu kandungnya dengan meniduri dan menghamili perempuan itu. Apakah artinya Arjuna juga ingin menyetubuhinya?
Pertama kali pikiran ini melintas, Fauziah merasa jijik dan sebal. Namun semakin dipikirkan, ada rasa aneh menyeliputi dadanya. Fauziah mengingat saat-saat ia lihat Arjuna sedang bersenggama dengan Dewi atau Annisa. Mereka begitu menikmati keintiman itu. Apalagi, kontol Arjuna yang lumayan besar dan panjang. Lama kelamaan memek Fauziah basah juga. Ia menelan ludah lalu mendekap tangan kanan Arjuna yang sedang melingkar diperutnya dengan tangan kanannya sendiri.
Arjuna senang sekali. Kini terbukti bahwa Fauziah tidak membenci atau jijik padanya. Buktinya perempuan itu malah mendekap tangannya. Langkah pertama Arjuna berhasil. Sambil menyeringai lebar, karena Fauziah tidak dapat melihat, Arjuna memikirkan langkah selanjutnya.
Tak lama kemudian Fauziah tiba-tiba memutar badannya, dengan tangan kiri memegang tangan kanan Arjuna sehingga badan Arjuna dan Fauziah tetap berangkulan sampai keduanya berhadapan.
“Jun…. Jun….. bangun…”
Namun suara Fauziah tidak keras melainkan perlahan. Arjuna yang sedang memejamkan mata hanya merasakan tiba-tiba saja tangan kanan Fauziah menyusup di samping kiri badannya antara tubuh Arjuna dan tempat tidur. Sekarang Fauziah memeluk tubuh Arjuna.
Arjuna otomatis beringsut mendekap sambil tetap memejamkan mata. Tadi tubuhnya setengah miring ke kanan dengan tangan kiri di belakang tubuh, kini tangan kirinya ikut menyusup ke bawah dan melingkari tubuh ibu tirinya itu. Sementara, kaki kanan Arjuna kini di antara kedua kaki Fauziah yang menjepit.
Fauziah menahan nafasnya ketika ia merasakan Arjuna memeluk dirinya. Arjuna berusaha menatap wajah Arjuna namun wajah itu kini menempel di dadanya.
“Kamu sudah bangun, Jun?”
Arjuna pura-pura masih pulas dan tidak menjawab.
Tangan kiri Fauziah mulai mengelus-elus rambutnya. Arjuna mulai frustasi. Ia dapat mencium bau tubuh Fauziah dengan jelas. Fauziah adalah tipe perempuan yang bau tubuhnya tidak menyengat dan dapat dibilang cukup harum tanpa minyak parfum.
Arjuna berfikir bahwa ini saat tepat untuk bangun. Fauziah akan malu, namun Arjuna akan menunjukkan bahwa ia suka dipeluk Fauziah.
Arjuna mendongakkan kepalanya dan pura-pura bingung.
“Ma?”
Ia menatap Fauziah dengan tatapan bingung. Fauziah gelagapan dan mengendurkan pelukannya. Namun dengan cepat Arjuna mendekap Fauziah erat-erat dan berkata,
“Aduh, senangnya dipeluk Mama Fauziah. Jun kirain selama ini Mama Fauziah ga sayang sama Arjuna.”
“Kenapa begitu?”
“Karena kita tidak pernah pelukan kayak begini.”
Fauziah bermaksud melepaskan dirinya.
“Jangan dulu dong, Ma. Arjuna sangat senang disayangi Mama Fauziah. Sebentar lagi, ya? Kan tadi Mama Fauziah yang peluk. Jun bangun udah di peluk Mama. Sekarang Jun minta Mama jangan lepasin pelukannya,.”
Fauziah bingung. Namun ia hanya terdiam. Dapat dirasakannya dekapan kuat anak tirinya itu. Nafas anak itu di dadanya yang hangat terasa di kulit. Untuk beberapa lama mereka berpelukan. Lalu Fauziah mengelus kepala Arjuna dan berkata,
“ udah ya? Kita kan harus bisnis lagi.”
Arjuna mengelus punggung Fauziah dan berkata,
“bentar lagi, dong…. Mama harum banget. Lebih harum dari Ibu maupun Kak Annisa.”
Fauziah menjadi sumringah. Wanita mana yang tidak senang bila dibilang lebih baik daripada wanita yang lain?
“Mama kan belum mandi.”
“Masa sih. Kok harum gini ya? Ga pakai parfum?”
“Ya enggak, lah. Kan baru bangun.”
“Tapi sumpah deh. Baunya wangi banget.”
Tiba-tiba Fauziah merasakan Arjuna mengendus-endus dadanya, ini menyebabkan Fauziah merasakan bagai disetrum. Seluruh tubuhnya seakan linu dan tak berdaya. Nafas Arjuna di dadanya membuat ia merasakan hal-hal yang telah lama ia lupakan.
Serangan Arjuna yang tiba-tiba datangnya, tiba-tiba pula berhenti. Arjuna melepaskan diri dari pelukan Fauziah. Dan kembali tiba-tiba, Arjuna mencium pipi Fauziah.
“Terimakasih, Ma. Udah mau peluk Arjuna,” kata Arjuna setelah mencium pipi Fauziah,”Arjuna mandi duluan ya.”
Ketika Arjuna meninggalkannya untuk mandi, membuat Fauziah tiba-tiba saja merasakan kekosongan. Ada rasa kecewa menghampiri. Namun Fauziah memutuskan untuk memendam jauh-jauh perasaan itu. Hanya saja, kedekatan mereka berdua sudah tak dapat ditarik kembali. Dan faktanya, Fauziah menyukai kedekatan itu.
Hari ketiga mereka di Jakarta, pertemuan bisnis hanya ada dua kali. Sisanya Fauziah mengajak Arjuna untuk shopping di mall. Fauziah membeli banyak oleh-oleh untuk keluarga, namun hadiah yang paling banyak adalah untuk Arjuna. Arjuna gembira sekali, karena ini menunjukkan tidak ada rasa marah dari ibu tirinya itu.
Mereka makan malam di restoran pada pukul enam. Arjuna mengatakan bahwa ia capek dan pegal sehingga waktu makan malam dimajukan. Padahal, ia ingin satu tempat tidur lagi dengan Fauziah. Fauziah menuruti saja karena ia sebenarnya sudah mulai ada rasa juga kepada anak tirinya itu, namun dalam pikirannya ia masih membantah dirinya sendiri.
Jam tujuh mereka sudah tiba di kamar tidur.
“Arjuna sudah capek mau tidur,” kata Arjuna,”Mama capek ga?”
“Ya Mama capek juga lah.”
“Ya sudah. Mama tidur aja langsung kalau begitu. Arjuna mandi dulu.”
“Masak kamu mau tidur di samping orang yang bau sih?”
“Mama Fauziah itu harum biar belum mandi. Arjuna ga masalah kalau Mama Fauziah belum mandi dan kita berbagi tempat tidur. Malah Arjuna merasa senang. Lagipula Mama Fauziah kan capek.”
“Kalau begitu kamu juga ga usah mandi. Mama juga ga masalah. Kamu kan juga capek.”
Di dalam hati, mereka berdua menyukai bau lawan jenisnya itu. Apalagi sudah tidak sabar untuk mengalami kedekatan seperti tadi lagi.
“Ya udah deh. Arjuna ganti sarung dulu. Mama ganti baju tidur di kamar mandi saja. Arjuna di sini saja.”
Fauziah bergegas mencari gaun tidurnya dan lalu masuk kamar mandi. Namun pintu tidak ditutup rapat. Fauziah mengintip ketika anak tirinya membuka baju hingga hanya singlet dan celana dalam. Lalu Arjuna membuka CDnya dan terlihat burung yang sudah tegak. Fauziah menelan ludah. Sayangnya Arjuna lalu memakai sarung dan bergegas ke tempat tidur.
Fauziah membuka bajunya lalu memakai gaun tidur. Gaun tidur yang lain dari kemarin. Memang Fauziah jarang tidur dengan gaun yang sama, oleh karena itu ia selalu membawa tas besar bila berpergian. Gaun tidur ini transparan di bagian perut dan bagian rok yang pendek, sementara untuk bagian payudara, walaupun transparan pada banyak bagian tapi pada bagian putingnya memiliki kain yang tidak transparan, sehingga tidak memperlihatkan putingnya. Hanya saja bagian dada yang ditutupi hanya setengah payudara, sehingga bulatan atas teteknya dengan belahan dada terlihat jelas. Untuk rok, walaupun transparan, tapi Fauziah memakai celana dalam berwarna merah sehingga tidak menunjukkan bulu jembutnya. Yang unik dari gaun ini adalah, gaun ini tidak punya tali lengan, melainkan jenis
Fauziah beralasan dalam hati bahwa ia sudah lama tidak pakai gaun ini. Gaun tidur yang mahal karena buatan luar negeri. Maka ia ingin memakainya. Padahal sebenarnya Fauziah berusaha menyangkal suara hatinya yang mengatakan bahwa tidak pantas memperlihatkan tubuh kepada anak tirinya dengan mencari-cari alasan pembenaran tindakannya itu.
Arjuna meneguk ludahnya ketika melihat Fauziah keluar kamar mandi. Tubuh Fauziah yang tinggi dan bahenol sungguh mengundang decak kagum. Walau memakai gaun tidur, namun gaun itu bukannya menutupi malahan menambah aksen keindahan tubuhnya. Arjuna jatuh cinta. Sebelumnya ia memang naksir Fauziah, tapi setelah tiga hari ia merasakan gejolak yang sama ia rasakan ketika ia melihat ibu kandungnya telanjang. Arjuna tahu, ini adalah cinta. Ia cinta ibu tirinya.
Fauziah menyadari bahwa hawa di ruangan tidak dingin lagi. Dilihatnya AC mati.
“Kok AC dimatikan?”
“Jun mau pilek, Ma. Ga apa-apa ya?”
Fauziah hanya mengangkat bahu tanda tak begitu peduli, lalu merebahkan diri di tempat tidur. Selimut bed cover tampak terlipat rapi di bagian kaki.
Arjuna melihat lirikan Fauziah ke selimut itu lalu berkata,
“Kalo AC mati dan kita pakai selimut kan jadi panas. Nanti keringatan.”
Fauziah mengangkat bahu lagi. Lalu menghela nafas, namun tidak berkata apa-apa.
“Mama Fauziah mau dipijat? Keliatannya capek banget.”
Padahal, hari ini mereka tidak begitu capek. Fauziah pun tidak terlihat seperti orang yang letih. Bahkan cenderung tampak seperti orang yang sedang fit. Namun, Arjuna mengatakan ini sebagai testing untuk melihat reaksi Fauziah.
“Capek, sih. Tapi kamu kan juga capek?”
“Arjuna kan laki-laki. Mama Fauziah kan perempuan. Lagian, kan Jun bisa pijit Mama sambil tiduran. Mama Fauziah membelakangi Jun.”
Fauziah menurut saja. Ia suka pijatan Arjuna.
Setelah Fauziah membelakangi Arjuna sehingga mereka berdua berbaring miring searah, Arjuna mulai memijat perlahan bahu Fauziah. Fauziah mulai menikmati pijatan itu. Namun ada yang berbeda kali ini. Selain memijat, terkadang Arjuna mengusap dengan telapak tangan terbuka di bahu Fauziah.
Setiap kali Arjuna mengusap, maka bulu kuduk Fauziah merinding. Namun tak pernah Arjuna mengusap berturut-turut dua kali, melainkan hanya sekali lalu memijat lagi. Lama kelamaan Fauziah menikmati usapan itu juga. Ada kenikmatan lain yang ia rasakan ketika telapak Arjuna mengusap perlahan bahunya.
Tak sadar, sekali waktu Fauziah menggumam menunjukkan nikmat ketika Arjuna mengusap bahunya.
“Enak ya, dipijat kayak gini, Ma?”
Fauziah antara malu dan nikmat hanya menggumam setuju.
Arjuna akhirnya kini mengusapi kedua bahu Fauziah. Arjuna begitu menikmati kulit licin bahu ibu tirinya itu. Licin dan halus sekali. Kulit yang sering dirawat di salon. Sekali waktu, jemari kanannya menyusup di bawah tali gaun tidur itu, kemudian ia mendorong sambil mengelus ke arah lengan kanan sehingga tali gaun tidur itu terlepas dari bahu dan jatuh ke lengan kanan.
Merinding tengkuk Fauziah ketika dirasakannya tali gaun sebelah kanan telah meninggalkan bahunya. Berhubung gaun itu tipis dan fleksibel, maka kini tali itu hampir menyentuh sikunya. Dengan gerakan sedikit, tali itu dapat terlepas dari tangannya. Berdebar dada Fauziah. Ini sungguh berbahaya. Seharusnya ini dihentikan. Tapi Fauziah sedang menghadapi dilema juga.
Namun, Jun kembali mengusapi bahunya. Tangan kanan itu bahkan kini membelai terkadang dengan jemari bagian atas, kadang dengan jemari bagian bawah. Jelas sekali ini bukan pijat, tetapi sentuhan erotis. Fauziah menikmati sekali hal ini. Ia mengingat nikmatnya hubungan lelaki dan perempuan sehingga tak kuasa menolak.
“sekarang Jun pijat tangan kanan Mama.”
Jun lalu duduk. Fauziah menjadi kecewa ketika didapatinya Arjuna benar-benar memijat daerah lengan kanannya. Bukan membelai. Namun lama kelamaan ia merasakan tali gaun itu terdorong tangan kanan Jun sehingga mencapai siku. Saat itu Arjuna berkata,
“sambungan siku bisa dibunyikan, lo.”
Lalu dengan tangan kiri, Arjuna menarik lengan kanan Fauziah, namun tangan kanan Jun menahan tali gaun sehingga dalam satu gerakan cepat tali gaun itu lepas dari tangan Fauziah. Berdebarlah jantung Fauziah begitu tahu maksud Arjuna. Kini bagian kanan gaunnya tidak lagi ditahan bahu melainkan sudah terbebas. Untungnya karena tali gaun kiri masih nyantol, maka dadanya belum terekspos.
Arjuna masih belagak memijat tangan Fauziah. Lalu berkata,
“balik badan, Ma. Yang sebelah kiri.”
Padahal kalau memijat beneran, seharusnya bagian bawah lengan dan telapak juga dipijit. Tapi Arjuna sudah tidak tahan. Fauziah memejamkan matanya lalu membalikan badan menghadap Arjuna. Arjuna memijat lengan kiri itu sebentar lalu dengan cara yang sama dengan tadi melepaskan tali gaun dari bahu dan tangan ibu tirinya.
Setelah memijat beberapa saat, Arjuna berkata,
“Ma, balik badan lagi. Mau dipijit kepalanya.”
Fauziah sedikit lega. Karena dari tadi ia sudah merasa malu sehingga harus memejamkan mata sementara kedua tali gaunnya dilepas. Ketika sudah kembali berbaring miring, Fauziah merasakan Arjuna memijat kepalanya dengan kedua tangannya. Namun hanya yang kanan yang terasa memijat. Tangan kiri Arjuna tampak berusaha memijat namun dengan susah payah karena bagian kiri kepala Fauziah tertahan bantal.
“susah, Ma. Coba duduk deh. Biar semua kepalanya bisa dipijat.”
Fauziah meneguk ludah. Arjuna ternyata pintar sekali mengajak perempuan untuk melakukan hal yang tabu tanpa membuat malu. Namun, Fauziah sudah mulai horny memikirkan semua perlakukan Jun padanya, apalagi ajakan pijat terselubung ini.
Fauziah duduk. Sementara tanpa sepengetahuan Fauziah Arjuna melepas sarungnya lewat kepala sehingga kontolnya bebas. Sementara itu lengan Fauziah tidak mengepit badan dengan harapan gaun tidur jatuh ke bawah, namun kedua payudaranya yang besar menahan gaun itu jatuh. Arjuna tampaknya paham problem ini, maka setelah hanya beberapa menit pijat kepala, Arjuna segera berkata,
“Sekarang punggung ya…”
Arjuna yang duduk di belakang Fauziah dengan leluasa mulai memijat punggung Fauziah . Sesuai dengan cara pijat yang benar, ia memijat dari bawah ke atas. Ia menggunakan teknik dua jempol yang menekan pinggir tulang pinggang dan menyusur ke atas secara bergantian. Namun tiap kali jempolnya menekan dan dilepas, ketika gerakan lepas itu bukan dengan menarik ke belakang, melainkan ke bawah sehingga sedikit menyeret kain itu ke bawah. Berhubung gerakan pijat itu cepat dan cukup kuat, maka ketika kedua jempol belum sampai tengah pinggang maka gaun tidur itu jatuh ke bawah dan berjumbel di pinggang.
Arjuna mencoba sabar dengan terus memijat ke atas sampai bahu. Namun, kalau biasanya tukang pijat akan mengulangi gerakan dari bawah ke atas menggunakan metode yang sama, kali ini ia malah kembali mengelus bahu Fauziah.
Fauziah merinding lagi kena belai di pundaknya. Apalagi ia merasakan usapan Arjuna mulai bergerak ke tengah punggungnya. Arjuna tahu-tahu menyusupkan tangan di bawah ketiak Fauziah sehingga telapak tangannya kini memegang pinggir kedua belah payudara Fauziah. Fauziah merintih pelan.
Arjuna yang mendengarnya berkata,
“Pegalnya di sini, Ma.”
Lalu Arjuna mulai mengusap-usap gundukan samping payudara Fauziah yang besar itu. Fauziah mulai mendesah bagaikan baru makan rujak. Arjuna lalu merapatkan diri ke depan sehingga kini kedua kakinya di samping kedua kaki Fauziah dan kontolnya menyentuh punggung bawah Fauziah.
Merasakan kontol Arjuna di pinggangnya, Fauziah berkata,
“ssssh……. Arjunaaaaa!.....……..”
“wah….. kayaknya pegalnya parah, Ma…….. tapi bukan di situ sumbernya……..”
Dengan penuh nafsu Arjuna memeluk Fauziah dari belakang lalu kedua telapaknya meremas kedua payudara perempuan itu. Fauziah mengerang,
“Ohhhh………….. Juuuuun…………………. Ssssssssssssshhhhhh………”
Arjuna menciumi punggung ibu tirinya yang harum itu sambil meremas kedua teteknya. Kedua telapak tangannya bahkan tidak bisa menggenggam secara penuh payudara yang bulat dan besar itu. Tubuh harum Fauziah sungguh halus dan licin.
“Jun sayang Mama……..” kata Arjuna perlahan di antara kecupan-kecupan bibirnya yang menghujami punggung halus Fauziah,”Jun harus mendapatkan Mama Fauziah…….”
Lalu Arjuna menarik tubuh Fauziah hingga perempuan itu berbaring telentang. Gerakan Jun perlahan tapi pasti. Fauziah merasa di awang-awang. Saat ini, Fauziah merasa berada di suatu dataran yang penuh dengan erotisme. Segala sentuhan dari anak tirinya membuat dirinya di mabuk asmara. Fauziah baru menyadari bahwa ia telah jatuh cinta kepada Arjuna.
Memang, pertama kali ia melihat Arjuna ia hanya sekedar melihat bahwa Waluyo memiliki anak yang mirip dengan Waluyo muda. Walaupun tubuhnya masih belum setinggi dan sekekar ayahnya, Arjuna sudah memiliki postur tegap dan kekar. Wajah Arjuna mirip dengan Waluyo juga. Tetapi, kehangatan yang Arjuna miliki lebih besar daripada ayahnya. Bahkan, Waluyo dari dulu bersikap dingin. Hubungan seks yang mereka lakukan selalu monoton dan ada kesan Waluyo hanya melakukan kewajiban sebagai suami.
Sebaliknya, tiap kali Fauziah melihat Arjuna sedang bersenggama dengan salah satu isterinya, Fauziah dapat melihat ada sinar birahi yang menyala pada pandangan Arjuna. Dan Fauziah merasakan kecemburuan melihat betapa Arjuna dan isteri-isterinya begitu menikmati kebersamaan mereka. Ada pancaran kebahagiaan yang keluar dari ketiga manusia itu. Dewi, Annisa dan Arjuna selalu ceria dan tampak tidak ada kesusahan dalam hidup mereka.
Fauziah mulai melihat Arjuna bukan sebagai remaja, melainkan seorang lelaki yang dapat membahagiakan keluarganya. Arjuna begitu menyayangi kedua isterinya dan selalu mendahulukan kepentingan isteri-isterinya. Maka, mau tidak mau mulai tumbuh rasa kagum dalam diri Fauziah terhadap anak angkatnya itu.
Kini Fauziah telah berbaring di tempat tidur dengan tubuh setengah telanjang. Dadanya tersengal-sengal menahan nafsu karena menanti gerakan Arjuna. Arjuna tampak tidak tergesa-gesa. Anak itu tersenyum bahagia. Fauziah dapat melihat binar birahi yang meledak-ledak pada pancaran mata Arjuna yang menyebabkan Fauziah merasa bahagia. Akhirnya pancaran birahi itu kini ditujukan padanya.
Arjuna membuka sarungnya hingga telanjang. Tubuhnya yang mulai menunjukkan otot-otot kelelakian seakan menjanjikan kehangatan dan keintiman yang maskulin. Dengan perlahan Arjuna melorotkan gaun tidur ibu tirinya. Fauziah membantu dengan sedikit mengangkat pantatnya. Kini tubuh Fauziah hanya ditutup oleh celana dalam. Arjuna sejenak menikmati pemandangan ini.
Seorang perempuan keturunan Arab yang cantik, berkulit putih mengkilat dengan dada yang besar, yang karena besarnya dan kencangnya, kedua payudara itu tidak jatuh menggelayut ke samping melainkan tampak tegak menantang dan hanya tampak sedikit melebar ke samping dan melesak ke dalam, namun tetap menunjukkan lekuk bulat yang hampir sempurna. Payudara itu naik turun seiring dengan nafas yang memburu.
Akhirnya Arjuna melorotkan celana dalam Fauziah. Jembut yang rapi tercukur menghiasi selangkangan Fauziah. Bibir memeknya yang rapat tampak menambah kecantikan perempuan itu. Setelah mengagumi tubuh seksi ibu tirinya sesaat, Arjuna mulai menindih Fauziah dengan kepala sejajar sehingga kontolnya jatuh di bagian bawah perut Fauziah yang menyebabkan biji peler Arjuna menekan jembut ibu tirinya itu.
Ketika wajah mereka hanya tinggal kurang dari satu senti, Arjuna berbisik,
“Mama Fauziah……. Mau enggak jadi isteri Arjuna?”
Kedua mata Fauziah berkaca-kaca karena terharu dan bahagia. Dengan menahan sedikit isak, perempuan itu berkata,
“Mama terserah mau diapain Arjuna…..”
Dengan itu, Arjuna mengecup bibir Fauziah. Fauziah memeluk kepala anak tirinya itu dan Arjuna balas memeluk kepala ibu tirinya. Ciuman mereka dilakukan perlahan. Arjuna dapat menilai bahwa Fauziah orangnya ingin melakukan sesuatu dengan perlahan dan penuh erotis. Buktinya perempuan itu tak menunjukkan sikap ingin melakukannya dengan brutal seperti Annisa. Fauziah selalu merespon gerakan Arjuna dengan gerakannya sendiri yang juga pelan. Fauziah adalah jenis perempuan yang ingin menikmati sesuatu berlama-lama.
Mereka berciuman penuh dengan perasaan, tidak ada ketergesaan dalam gerakan mereka. Kedua bibir itu saling bertautan seiring seirama seakan mereka sedang bergerak mengikuti musik yang sama. Mereka memang sedang bermain musik, musik percintaan.
Lalu Arjuna mulai merambah mulut ibu tirinya dengan lidahnya. Fauziah yang merasakan lidah Arjuna menyapu-nyapu bibirnya, mulai mengimbangi dengan mengeluarkan lidahnya sendiri dan menyambut serangan lidah Arjuna. Keduanya saling menukar lidah, yang membuat birahi mereka makin meningkat.
Lama-kelamaan ciuman mereka makin hot dan liar. Suasana kamar yang panas karena AC dimatikan menjadikan tubuh mereka yang tadinya kering, mulai mengeluarkan peluh karena selain udara yang hangat, kedua tubuh yang berhimpitan itu masing-masing mengeluarkan panas tubuh yang semakin menjadi.
Bau tubuh Fauziah makin tercium jelas. Bau wangi Fauziah membuat kontol Arjuna berdenyut-denyut minta dimasukkan ke dalam lubang kenikmatan milik perempuan itu. Dengan tak sabar, Arjuna mengangkat tubuhnya, lalu menarik kedua kaki Fauziah ke samping. Arjuna duduk di bawah selangkangan ibu tirinya. Dibukanya bibir kemaluan ibu tirinya dengan kedua tangannya. Memek Fauziah tampak lebih rapat dari memek Dewi. Dan bagian dalam memek itu berwarna pink cerah dan mengeluarkan aroma wangi.
Arjuna menerjunkan kepalanya ke selangkangan Fauziah. Ia mulai menjilati memek yang belum pernah disentuhnya itu. Memek Fauziah demikian legitnya dan bisa dikatakan, lebih terawat daripada memek ibu kandungnya dan bahkan memek Annisa. Dewi adalah orang kampung, sementara Annisa adalah remaja perempuan yang tidak setelaten Fauziah dalam merawat kelamin. Mungkin juga Fauziah sudah mengajarkan cara merawat kemaluan, namun Annisa memiliki sifat yang tidak sabar dan ada sedikit watak liar dalam diri Annisa, sehingga Annisa tidak terlalu memperhatikan hal-hal seperti ini.
Arjuna merasakan memek ibu tirinya yang cantik itu dan memutuskan bahwa memek Fauziah, selain indah juga memiliki rasa yang paling nikmat kalau dibandingkan memek ibu kandungnya maupun kakaknya sendiri. Arjuna berfikir dalam hati bahwa menjilati memek Fauziah setiap hari, adalah salah satu hobby barunya yang akan ia lakukan seterusnya.
“Jun…… cukup………” Kata Fauziah. Perempuan itu kini merasakan tubuhnya seakan disetrumi listrik yang nikmat, lidah Arjuna menggelitik memeknya dengan lahap yang membuat vaginanya itu kini sudah basah kuyup tersiram cairan vaginanya sendiri dan juga karena air liur dari mulut Arjuna. Arjuna memang pintar menggarap daerah sensitif wanita, namun, Fauziah ingin lebih. Katanya lagi,
“Masukkin, Jun……………”
“Masukkin apa, Ma?”
“Masukkin burung kamu…”
“Kontol Jun mau dimasukkin ke mana, Ma?”
Fauziah adalah perempuan pintar. Buktinya bisnisnya selalu berkembang menjadi lebih besar. Kini, Fauziah tahu bahwa Arjuna adalah lelaki yang suka berbicara jorok bila sedang bersenggama. Sungguh beda dengan Waluyo yang dingin itu. Maka kata Fauziah,
“Masukkin kontolmu ke dalam memek Mama, Jun……. Mama udah ga sabar kamu entot…..”
Arjuna nyengir bahagia. Ia segera menaruh kontolnya di lubang memek ibu tirinya itu. Fauziah yang tak sabar setengah bangung untuk meraih pantat anaknya itu lalu dengan kuat menarik pantat Arjuna, Arjuna merasakan tarikan itu ikut menambah dengan mendorong pantatnya ke depan.
Dalam satu gerakan panjang, kontol Arjuna ambles masuk ke dalam kemaluan ibu tirinya itu. Memek Fauziah sangat kencang. Walaupun tidak sekencang memek Annisa ketika pertama kali Arjuna setubuhi, namun memek itu lebih kencang dari memek ibu kandungnya. Arjuna mengerang keras merasakan kini kontolnya diselubungi oleh dinding lubang memek ibu tirinya yang rapat itu. Fauziah pun melenguh nikmat.
“Aaahhhhh……… kontol kamu besar banget, Jun……………..”
“Oooohhhhhhhhhhh…… memek Mama Fauziah rapat banget…….. nikmat.”
“entotin Mama, Jun….. entotin Mama……..”
Arjuna sedikit mendoyongkan badan ke arah tubuh ibu tirinya yang sedang berbaring itu dan menaruh kedua tangannya di samping perempuan itu. Arjuna masih ingin menikmati pemandangan perempuan Arab yang seksi yang sedang telanjang dan bersetubuh dengannya, lalu Arjuna mengocok memek Fauziah dengan kontolnya. Fauziah mulai memutar pantatnya dan menggerakkan otot memeknya membuka menutup seakan meremas-remas kontol Arjuna sambil terus mendekap pantat remaja itu. Arjuna merasa nikmat sekali mengentot ibu tirinya itu. Matanya menatap kedua toket Fauziah yang basah oleh keringat yang terguncang-guncang mengikuti gerakan persenggamaan mereka berdua.
Maka Arjuna merubah posisi sehingga menggenggam kedua payudara ibu tirinya sambil terus mengocoki kemaluan Fauziah. Sambil meremas kedua tetek Fauziah yang besar, Arjuna terus menghujami liang senggama ibu tirinya dengan tusukan-tusukan kontolnya.
Fauziah sudah berada di surga ke tujuh. Sudah lama tidak ada lelaki yang menafkahinya secara batin. Kini memeknya sedang diaduk-aduk Arjuna dan kedua teteknya diremasi oleh anak tirinya itu. Sungguh Fauziah merasa bahagia sekali.
Kedua selangkangan mereka beradu berkali-kali sehingga menyebabkan terdengar suara tepukan selangkangan berkali-kali. Memek Fauziah yang basah kuyup terus mengeluarkan cairan pelumas. Fauziah dan Arjuna sedang menarikan tarian primitif mahluk hidup. Tarian pembuahan manusia. Tarian perkembang-biakan.
Arjuna kini setengah menindih ibu tirinya dan mulai menjilat dan menyedot payudara kanan ibu tirinya. Rasanya sedikit asin namun tidak dipikirkan lagi oleh Arjuna. Bau tubuh ibu tirinya kini seakan memenuhi benak Arjuna, membuat ia lupa akan segalanya. Yang menjadi satu-satunya hal di pikirannya adalah persenggamaan ini. Apalagi Fauziah adalah perempuan yang paling cantik di keluarga mereka. Paling seksi. Perut perempuan ini rata, tubuhnya yang besar tidak menunjukkan lemak yang berlebih, walau tidak berotot seperti model-model internasional. Namun, lekuk tubuh Fauziah dapat dibilang bagaikan perempuan di usia dua puluh tahunan saja. Hal ini adalah salah satu alasan kenapa Arjuna begitu ngebet ingin menggarapnya pula.
Fauziah merasakan lidah dan mulut Arjuna mulai menggagahi toketnya juga. Sementara tetek yang satu lagi tetap diremas-remas Arjuna. Remasan itu kini makin kuat saja terasa. Apalagi kontol Arjuna mulai bertambah cepat dan benturan selangkangan mereka makin lama makin menguat. Fauziah meremas-remas rambut Arjuna sambil mendesah dan mengerang kenikmatan,
“yeaaah……. Isep tetek Mama, Jun………….. isepin sambil setubuhi Mama……… entotin Mama terus, Jun…. Mama mau nyampe nih…………. Kocokin memek Mama pake kontolmu yang besar itu, Jun… setubuhi Mama……… setubuhi teruuuuus…………”
Sambil menyedoti payudara ibu tirinya, sesekali Arjuna menimpali,
“Tubuh Mama Fauziah enak…. Mmmmmmmm…… tetek Mama nikmat disedotin dan dijilatin…… mmmmmmmmmmmmmm……. Memek Mama rapet dan maknyuuuuuuuus…………..”
Fauziah sudah sebentar lagi akan orgasme, maka dengan brutal kini ia menarik pantat Arjuna kuat-kuat setiap kali Arjuna menyodok memeknya.
“entot yang keras, Juuuun…………. Mama mau sampaiiiiiiiiiii……. Yang keras tekannya……… teruuus……….. jangan berhentiiii……. Entotin Mama keras-keras….. yaaaa…. Begitu, Juuuuun…. Mama mau sampeeeeee……. Dorong kontolmu kuat-kuaaaaaaaaaaaaaaaaat……………”
Kini Arjuna menindih ibu tirinya, sementara mulutnya sudah berhenti menjilat dan menyedot. Mulutnya kini hanya mengenyot puting merah muda Fauziah keras-keras.
Dalam keharmonisan gerakan ngentot, mereka berdua akhirnya mencapai puncak kenikmatan.
“Arjuna sembuuuuuuuuuur memek Mamaaaaaaaaaaaaaaa….. terima peju Arjuna, Maaaa… Arjuna mau hamilin Mamaaaaaaaaaaa…………….”
“penuhi rahim Mama dengan peju kamu, Juuuuuuuuuuuuun……….. Mama sampeeeeeeeeee………….”
Akhirnya Arjuna lemas dan tiduran masih menindih Fauziah. Keduanya lemas setelah persenggamaan itu.
Semenjak saat itu, Fauziah menjadi salah satu isteri Arjuna. Tiga bulan kemudian ia hamil. Tidak ada pertentangan di keluarga, karena Fauziah adalah pencari nafkah bagi keluarga. Selain itu, Dewi dan Annisa juga sayang pada Fauziah sehingga rela berbagi dengan perempuan itu.
EPILOGUE
Pada bagian pendahuluan, aku telah mengatakan bahwa tidak ada orang yang tahu. Tetapi tentunya jadi pertanyaan, kenapa aku tahu?
Aku adalah anak dari Arjuna dengan Annisa. Namaku Febri. Ayahku, Arjuna telah meninggal ketika aku berusia dua belas tahun. Itu terjadi lima tahun yang lalu. Kini, aku berusia tujuh belas tahun. Ayahku meninggal ketika dalam perjalanan ke Jakarta bersama Mama Fauziah. Sementara, kakekku Waluyo telah pindah dengan kekasihnya.
Aku tinggal bersama Bunda Dewi (baik Mama Fauziah dan Bunda Dewi tidak mau dipanggil nenek atau Oma), yang kini berusia 46 tahun, ibuku Annisa, 34 tahun, Kakakku, Ayu dari Mama Dewi yang berusia delapan belas tahun dan adikku, Ulfa, berusia 16 tahun. Ketiga isteri Ayahku tidak memiliki anak lagi, karena mereka KB dan takut kebanyakan anak.
Kembali ke pokok pembicaraan, aku tahu sejarah Ayahku karena aku memiliki pengalaman incest juga seperti ayahku itu. Namun itu adalah cerita yang lain.
TAMAT
Tulisan Terkait