Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya”.{Al-Anfal: 60}
A. Konsep Dasar PerangDalam kehidupan sehari-hari kita tentunya sudah sangat mengenal tentang ilmu psikologi. Didalam ilmu psikologi banyak hal yang bisa kita bahas mengenai persoalan kehidupan sehari-hari kita. Hal yang akan kita bahas adalah perang psikologi dalam upaya memenangkan suatu peperangan, dalam dunia global. Kita tahu bagaimana peran psikologi cukup berpengaruh dalam melakukan rekayasa untuk mengalahkan musuh-musuh dalam suatu peperangan.
Secara umum tujuan perang psikologi berusaha untuk melemahkan moral spirit anggota suatu masyarakat,dan mempengaruhi taraf keutuhannya. Ia juga menumbuhkan rasa gentar, ngeri, dan takut, serta mengangkat keinginan pihak yang bersangkutan. perang ini juga untuk memasukkan pengaruh aliran dan corak pemikiran, serta memaksa pihak musuh menerima realita yang dipaksakan.
Mungkin kita menilai bahwa perang psikologi adalah seni untuk menggunakan semua sarana dan prosedur propaganda atau non propaganda yang dilakukan oleh pihak tertentu guna mempengaruhi moral pihak yang lain. Hal itu tercermin dalam mempengaruhi keinginan, aliran, keyakinan, perasaan, dan pola pikir serta corak perilaku yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa perang psikologi ruang lingkupnya luas.
Ketika datang dakwah islam, Nabi Muhammad S.A.W. tidak diperintahkan berperang, dimana tugasnya menyampaikan risalah dengan cara-cara damai dengan bersandar hikmah dan nasehat yang baik, memberikan kabar gembira dan peringatan serta Toleransi. Nabi mencoba memanfaatkan sisi kejiwaan dalam mengangkat dan mengukuhkan moral para pengikutnya yang sedikit, yaitu orang-orang yang beriman dengan risalahnya. Beliau memerintahkan mereka bersabar dan menahan diri memanfaatkan dorongan-dorongan kemanusiaan dengan cara mengabarkan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka diakhirat kelak, yaitu syurga. Selain itu, beliau juga memanfaatkan sisi kejiwaan ini untuk mempengaruhi kejiwaan dan mental orang-orang kafir dengan memberitahukan ancaman adzab dan siksa neraka untuk mereka.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya”.{Al-Anfal: 60}
Rasullullah S.A.W. bersabda,“Aku diberi pertolongan dengan perasaan takut sejauh perjalanan sejauh satu bulan. Dan beliau bersabda,“Perang adalah tipu daya”.
B. Sasaran-Sasaran Perang PsikologiPerang psikologis digunakan untuk mencapai beberapa keuntungan dan tujuan dengan cara merealisasikan sasaran-sasaran berikut :
1. Mendapatkan dukungan international dengan cara membuat opini international atau menyesatkannya dengan keabsahan suatu masalah. Ini dilakukan untuk mendapat bantuan ekonomi, politik, dan militer, serta kesuksesan dalam mengisolasi musuh secara international.
2. Menciptakan dan menyulut krisis–krisis pada standar international dan nasional dengan tujuan merealisasikan keuntungan-keuntungan tertentu.
3. Menanamkan benih-benih kehancuran dan perpecahan dalam kesatuan suatu bangsa, melalui cara :
Membangkitkan bangsa-bangsa untuk menentang pemerintahnya.
Menaburkan jurang pemisah antara dua jenis (kelamin); pria dan wanita.
Menimbulkan fitnah-fitnah antar partai, dan salah satu contohnya perseteruan partai-partai dilibanon pada tahun 1975.
Menimbulkan fitnah antara pemerintah dengan sekutunya.
Menimbulkan fitnah-fitnah antar lapisan dan satuan angkatan bersenjata, atau antar angkatan bersenjata dengan sektor-sektor siplin. & Membangkitakan fitnah kelompok suku atau agama, atau ras.
4. Menanamkan benih-benih keraguan dalam suatu masyarakat, dengan cara :
Membuat keraguan pada akidah dan nilai-nilai agama.
Menanamkan keraguan terhadap prinsip-prinsip nasionalisme.
Menanamkan keraguan terhadap potensi masyarakat untuk mencapai kemenangan.
Menanamkan keraguan terhadap kemampuan pemimpin-peminpin politik disuatu negara.
C. Konspirasi dan Rekayasa PemenanganSalah satu teknik perang psikologi adalah rekayasa konflik dan merangkai konspirasi dengan cara memanipulasi peristiwa-peristiwa ringan kemudian membesar-besarkannya agar terjadi konflik kepentingan untuk mempengaruhi psikologi dan mental musuh. Khalid bin Al-walid sebagai panglima perang, pernah merekayasa dan menciptakan rasa takut dan cemas pada musuhnya. Caranya dengan memamerkan kekuatan, menambah besarnya kekuatan, dan kemampuan serta kelebihan dalam menggunakan kekuatan, serangan taktis yang dahsyat. Ia membatasi lokasi serangan-serangannya dipihak musuh dan melakukan serangan bertubi-tubi untuk menaklukan barisan lawan.
Amerika Serikat juga melakukan rekayasa konflik, untuk memenangkan peperangannya. Karena zona-zona keamanannya mencakup suatu persatuan yang disebut persatuan penyulut konflik. Amerika memanipulasi rekayasa konflik dan membesar-besarkan peristiwa dengan memakai alasan yang lemah dan merealisasikan tujuan–tujuan strategisnya. Sudah teramat banyak bukti-bukti yang menguatkan hal tersebut diantaranya :
Rekayasa konflik rudal dengan kuba pada tahun 1958 dengan tujuan memblokir kuba dan mengisolir uni soviet dari dunia international.
Rekayasa kemelut sandera di Iran setelah revolusi islam yang terjadi tahun 1979.
Rekayasa konflik masalah perbatasan antara irak dan iran.
Rekayasa konflik tim investigasi senjata di Irak sebagai pendahuluan menyerang irak, guna menguasai harta dan kekayaan kawasan itu.
Rekayasa konflik terorisme setelah serangan atas gedung WTC pada tanggal 11september 2001 untuk mengitervensi negara-negara islam, dengan dalih memerangi terorisme.
“setiap kalian berkewajiban (menutupi) suatu kelemahan dari kelemahan-kelemahan islam, maka janganlah sampai kelemahan itu datang dari kamu” {Sabda Rasulullah S.A.W.}
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegarakan (adzab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka (merasa), seolah-olah tidak tinggal (didunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik” {Al-Ahqaf:35}
Oleh: Yudi Hermawan, S.Psi
Tulisan Terkait