" Aku tak pernah melihat Muslim bin Yasar melirikan matanya saat shalat, sedikitpun.
Suatu saat dinding masjid roboh hingga mengejutkan orang yang berada di pasar, karena getarannya.
Tapi
Muslim bin Yasar tetap dalam shalatnya tanpa melirik sedikitpun." Ini
perkataan
Maymun bin Hayyan, seorang shalih di zaman Tabi'in, tentang
sahabatnya Muslim bin Yasar yang terkenal
khusyu dalam beribadah.
Para orang-orang shalih dahulu, memiliki kenangan yang cukup detail perihal kebaikan sahabat-sahabat mereka. Orang-orang shalih dahulu sangat memperhatikan shalat sahabatnya dan mengambil banyak pelajaran dari kebaikan sahabatnya.
Seorang shalih pernah bertanya pada
Khalaf bin Ayub,
" Apakah engkau tidak risih dengan lalat yang hinggap saat shalat sehingga
engkau perlu mengusirnya ? " Ia menjawab,
" Aku tidak membiasakan diriku untuk melakukan sesuatu yang merusak nilai shalatku."
Si penanya belum puas dengan jawaban itu, dan bertanya lagi soal bagaimana
Khalaf bin Ayyub bisa menahan diri untuk tetap bergeming saat lalat hinggap di
tubuhnya ? Khalaf bin Ayyub menjawab,
" Seorang penjahat bisa bersabar saat dihukum berat di dalam penjara dan dia
bahkan bangga dengan kesabarannya itu.
Sedangkan aku berdiri di hadapan Allah swt, apakah aku harus bergerak karena
seekor lalat ? "
Saudaraku, Itu sepotong tentang kekhusyuan orang-orang shalih saat menunaikan shalat.
Di antara mereka ada yang bernama
Ibnu Zubair, yang bila berdiri dalam shalatnya, seperti batang pohon, karena kekhusyuannya.
Adz Dzahabi menuliskan tentang
Sofyan At Tsauri, yang pernah dilihatnya menunaikan shalat di
Masjidil Haram setelah shalat Magrib.
Setelah itu, Ats Tsauri melakukan
shalat nafilah lalu sujud dan ia tidak mengangkat kepalanya kecuali hingga berkumandang adzan Isya. Orang shalih yang lain,
Ali bin Fudhail, berkata, "Aku ingin tawaf di Ka'bah.
Aku lihat Sofyan Ats Tsauri sedang sujud dalam shalatnya. Aku menyelesaikan thawafku tapi aku masih melihat Ats Tsauri sujud. Lalu aku tawaf lagi, dan ketika selesai thawaf aku melihat dia masih dalam keadaan sujud."
Itulah kenyatan yang dilakukan para sahabat, para tabi'in radhiallahu anhum.
Shalat di mata mereka sungguh-sungguh menjadi penyejuk yang begitu
menenangkan jiwa. Di sanalah mereka mendapatkan pucuk cintanya. Di sanalah mereka berteduh di sebuah taman yang begitu nyaman dan membuatnya lupa dengan apapun di sekelilingnya. Kitapun menjadi lebih mengerti tentang sabda Rasulullah saw kepada Bilal ra,
"Ya Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat."
Itulah yang dikatakan Rasulullah saw, "Dan sungguh dijadikan kesejukan mataku
saat melakukan shalat."
Semoga Allah swt mengasihi hamba-hamba- Nya yang tunduk dan khusyu kepada-Nya.
Saudaraku,
Shalat adalah akhir wasiat Rasulullah saw menjelang wafatnya.
Dan shalatlah yang menjadi akhir hilangnya Islam dari sebuah masyarakat.
Shalat juga, masalah pertama yang akan ditanyakan kpd seorang hamba di hari
kiamat di hadapan Allah swt Yang Maha Mengetahui.
Saudaraku,
Perhatikanlah lagi lebih seksama, bagaimana Rasulullah saw suatu ketika
tengah berada di masjid bersama para sahabatnya.
Lalu, masuklah seseorang dan dia melakukan shalat.
Usai shalat, orang itu datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah saw.
Rasul mengatakan kepadanya,
" Kembalilah dan shalatlah, engkau belum shalat."
Setelah itu orang tersebut shalat lagi sebagaimana shalatnya yang pertama.
Tapi ketika mendatangi Rasulullah saw, ia kembali diperintahkan untuk kembali
mengulangi shalatnya. "Engkau sebenarnya belum shalat," ujar Rasululalh saw.
Ia kembali melakukan shalat yang ketiga kalinnya kemudian datang kepada
Rasulullah saw.
Ternyata Rasul saw tetap menganjurkan ia untuk kembali mengulang shalatnya
dan mengatakan bahwa ia sebenarnya belum shalat.
Orang itu bertanya, "Demi Allah Yang Mengutusmu dengan kebenaran. Apakah ada
yang lebih baik dari ini, ajarkanlah saya." Rasulullah saw menjawab,
" Jika engkau berdiri shalat maka bertakbirlah.
Kemudian bacalah ayat apa yang mudah bagimu dari Al Quran.
Lalu ruku'lah hingga engkau tuma'nihah dalam ruku.
Lalu angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri lurus.
Lalu sujudlah hingga engkau thuma`ninah dalam sujud.
Lalu bangunlah hingga engkau thuma`ninah dalam duduk.
Lakukanlah itu dalam shalatmu semuanya… "
Saudaraku,
Barangkali kita perlu teguran setelah shalat, yang mengatakan pada kita,
"kembalilah dan shalatlah lagi, karena sesungguhnya engkau belum shalat."
Mungkin tidak sedikit dari kita yang melakukan ruku', sujud, duduk di antara
dua sujud dalam keadaan yang terburu-terburu.
Tanpa kekusyu'an kepada Allah yang Maha Rahim dan Maha Kasih Sayang.
Mungkin ada di antara kita yang masih mencuri pandangan ke sisi lain saat
kita shalat, melihat pakaian, melihat jam, melihat arah lainnya, atau sangat
ingin cepat selesai shalat.
Ternyata, kita telah kehilangan khusyu' dalam ibadah.
Kita menunaikan shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, bukan untuk
dinikmati dan dirasakan kenikmatannya.
Benarlah apa yang dikatakan
Khudzaifah bin Al yaman radhiallahu anhu,
"Pertama kali yang hilang dari agama kalian adalah kekhusyuan, dan yang paling
terakhir hilang adalah shalat. Ada banyak orang yang melakukan shalat tapi tak
ada kebaikan di dalam dirinya. Kelak engkau masuk ke sebuah masjid dan tidak
engkau lihat di dalamnya orang yang melakukan shalat dengan khusyu".
Saudaraku,
Khudzaifah bin Al Yaman sangat takut terhadap hilangnya kekhusyu'an,
sebagaimana ia takut bila kekhusyu'an itu hanya tampilan luarnya saja.
"Hati-hatilah kalian daripada kekhusyuan yang nifaq. Yakni bila tubuh seseorang
secara lahir terlihat khusyu' tapi hatinya tidak khusyu". Demikian ujar
Khudzaifah Al Yaman, seorang sahabat Rasulullah, yang dijuluki
shaahibus sirri
Rasulillah, atau orang yang menyimpan rahasia Rasulullah saw tentang
orang-orang munafik.
Tulisan Terkait