"Apakah engkau ingin hidup selama-lamanya dalam dunia yang akan musnah setiap saat?"
Hidup kita di atas dunia ni, selama manapun, pasti ada akhirnya. Selama manapun, sebenarnya singkat.
Firman Allah:
"Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (Sangatlah dahsyatnya huru-hara hari itu), sehingga orang-orang yang bersalah merasa seakan-akan mereka tidak tinggal di dunia melainkan sekadar satu petang atau paginya saja." - An-Naazi'aat: 46 -
Allah menjelaskan dalam satu ayat lain yang panjang tentang hakikat dunia:
"Ketahuilah bahwa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata) permainan dan senda gurauan (yang melalaikan) serta perhiasan (yang mengurangi) juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah-megah di antara kamu (dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan) serta berlomba-lomba membanyakkan harta benda dan anak pinak; (semuanya itu terbatas waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan tanaman yang berpemandangan) menjadikan penanamnya suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (suatu waktu tertentu), setelah itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur bersepai; dan (harus diketahui lagi, bahwa) di akhirat ada azab yang berat (di sediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan dunia itu), dan ( ada pula) ampunan serta keridhaan Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahwa) kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. " - Al-Hadiid: 20 -
Penyakit wahan (cinta dunia, takut mati) telah menjerumuskan kebanyakan dari kita ke dalam angan-angan yang panjang.
Dari Tsauban RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka".
Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah dari karena kami sedikit pada hari itu?"
Nabi SAW menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa takut terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan'."
Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu hai Rasulullah?"
Nabi menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati."
(Riwayat Abu Daud)
Kalau bisa, kita ingin dunia ni kekal. Kita ingin hidup selama mungkin di atasnya, ingin mengumpulkan segala harta dan kekayaan, mengecap kenikmatan dan kesenangan.
Hakikatnya, kita tidak mungkin tahu berapa lama kita hidup. Namun, kita dapat memilih apakah ingin dalam kehidupan dengan penuh berjasa atau pergi tanpa membawa atau meninggalkan bekal.
Ada orang yang masih hidup namun mematikan orang lain dengan kehidupannya.
Ada orang yang telah mati namun masih menghidupkan orang lain.
Bukan soal fisik, tapi soal hati.
Bila seorang manusia berbuat sewenang-wenang seperti yang dia inginkan, maka pasti akan ada orang yang dizalimi.
Dia hidup, namun mematikan semangat orang lain. Lebih parah kalau dia hidup lebih lama.
Di sisi lain, ada banyak orang yang telah mati, namun membaca sejarah hidupnya dan mengkaji perjuangannya membuat jiwa selalu hidup, segar dan bertenaga.
Mereka itulah jika hidup walau sekejap, memberi dampak maksimal. Apalagi jika hidupnya lama.
Rasulullah SAW hidupnya 63 tahun saja, namun risalah yang dibawanya terus tersebar selama ratusan tahun. Akhlak dan cara hidup beliau tak pernah lapuk ditelan zaman. Sejarah hidup beliau selalu evergreen untuk dikaji, diteliti dan diambil pelajaran. Hanya 23 tahun yang diberikan kepada beliau untuk menyebarkan Islam, namun ratusan tahun Islam hidup dan berkembang.
Imam Syafi'i hidup selama 50 tahun lebih saja, namun luas ilmunya masih begitu berarti ke dunia hari ini dan untuk hari yang akan datang.
Mus'ab Umair telah membuktikan kesungguhannya berdakwah di Madinah hanya beberapa tahun, bahkan ia syahid dalam usia yang begitu muda.
Namun dasar yang telah dipancangnya sebagai pusat perkembangan peradaban Islam.
Hassan Al-Banna cuma hidup 40 tahun lebih untuk mendirikan sebuah gagasan yang membawa gelombang kebangkitan Islam, sebelum ia syahid dibunuh musuh. Namun kata-kata beliau masih menjadi referensi para Da'i hari ini dan pemikiran beliau menjadi bahan penelitian di seluruh dunia.
Salahuddin Al-Ayyubi cuma hidup sekitar 55 tahun, namun keberhasilannya membebaskan bumi Palestina tercatat hingga kini dan menjadi inspirasi para pejuang Islam.
Begitu juga dengan Sultan Muhammad Al-Fateh, hidup beliau tidak sampai 50 tahun, namun kegemilangan yang telah diukir dalam pembebasan Konstantinopel akan terus menjadi sebutan.
Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang telah menumpahkan bakti yang begitu besar ke seluruh dunia.
Mereka hidup berjasa, biarpun hidup mereka tidak lama.
Golongan seperti mereka, jika hidupnya lebih lama tentu lebih besar manfaatnya.
Banyak lagi nama-nama yang dapat kita sebutkan, ada yang singkat umurnya, ada yang panjang. Intinya, jasa mereka begitu besar jika direlatifkan dengan umur yang diberikan kepada mereka.
Bagi kita, apakah sebenarnya yang kita kejar?
Memperpanjang masa hidup atau memaksimalkan amal dan jasa?
Tak salah kita berdoa agar dipanjangkan umur, bahkan ia akan lebih berarti jika umur yang dianugerahkan itu kita gunakan sebaik mungkin untuk menumpahkan bakti kepada Umat.
Selama manapun kita hidup, berjasalah! Supaya kita 'hidup' untuk ratusan tahun lagi. Semoga kita hidup dengan petunjuk Allah.
"Maka barangsiapa yang Allah menghendaki untuk memberi hidayah (petunjuk) kepadanya niscaya Dia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan siapa yang Allah menghendaki untuk menyesatkannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman. " (Al-An'am: 125)
Tulisan Terkait